Liputan6.com, Jakarta - PT Dunia Virtual Online Tbk berencana mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode AREA.
Perseroan merupakan perusahaan penyedia layanan data center yang telah tersertifikasi Rated 3 Facility dengan standar ANSI/TIA 942-B untuk cakupan arsitektur, telekomunikasi, kelistrikan, dan mekanikal.
Baca Juga
Kegiatan usaha yang dijalankan Dunia Virtual Online saat ini adalah jasa penyewaan colocation dengan menawarkan layanan jasa utama berupa rack colocation, secure cages, dan data hall, teleport facility dan co-working office space. Berdasarkan laporan keuangan perseroan per 30 September 2023, perseroan membukukan kinerja positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Advertisement
Melansir prospektus dalam laman e-ipo, Selasa (5/3/2024), perseroan membukukan pendapatan Rp 30,93 miliar atau nai 47,94 persen dibandingkan pendapatan September 2022. Bersamaan dengan kenaikan pendapatan, beban perseroan pada September 2023 naik 64,13 persen yoy menjadi Rp 20,15 miliar. Meski begitu, perseroan masih membukukan pertumbuhan laba bruto 24,89 persen atau senilai Rp 10,78 miliar pada September 2023.
Hingga September 2023, perseroan membukukan beban usaha Rp 6,4 miliar, pendapatan keuangan Rp 16,31 juta, beban keuangan Rp 2,06 miliar, dan pendapatan lain-lain Rp 88,03 juta. Pada periode yang sama, perseroan membukukan beban pajak penghasilan Rp 569,23 miliar.
Dari rincian tersebut, perseroan membukukan laba periode berjalan sebesar Rp 1,85 miliar. Laba itu naik 12,54 persen yoy dibandingkan laba September 2023 yang tercatat sebesar Rp 1,64 miliar. Dari sisi aset perseroan per 30 September 2023 tercatat sebesar Rp 221,08 miliar, naik dari Rp 167,63 miliar pada akhir 2022.
Liabilitas hingga September 2023 turun signifikan menjadi Rp 60,11 miliar dari Rp 160,12 miliar pada Desember 2022. Bersamaan dengan itu, ekuitas sampai dengan 30 September 2023 naik menjadi Rp 160,97 miliar dari Rp 7,51 miliar pada Desember 2022.
IPO Dunia Virtual Online
Sebelumnya diberitakan, PT Dunia Virtual Online Tbk berencana mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan kode AREA, melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Pada aksi tersebut, Dunia Virtual Online akan menawarkan sebanyak-banyaknya 510 juta saham atau sebanyak-banyaknya 20,08 persen dari jumlah seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO dengan nilai nominal Rp 75 per saham.
Melansir prospektus perseroan dalam e-ipo, Selasa (5/3/2024), harga penawaran dipatok pada rentang Rp 121- Rp 131 per saham. Dengan demikian, perseroan akan mengantongi dana segar hingga Rp 66,81 miliar dari IPO.
Sekitar 64,17 persen dana IPO akan dialokasikan untuk pengembangan usaha dalam bentuk belanja modal. Lainnya sekitar 35,83 persen akan digunakan untuk modal kerja dalam rangka mendukung kegiatan operasional Perseroan secara umum.
Struktur permodalan dan susunan pemegang pemegang saham perseroan saat ini terdiri dari 2.029.601.000 lembar saham. Sebanyak 47,63 persen dimiliki oleh PT Dwi Tunggal Putra. Lalu Sugeng Alifen selaku Komisaris Utama mengepit 38,46 persen, Michael Kurnia Wirawan Alifen selaku Direktur Utama memiliki 13,83 persen, dan Komisaris Vonny Stephanie Budisatyo menggenggam 0,08 persen.
Setelah IPO, perseroan berencana membayarkan dividen kas kepada pemegang saham dengan rasio sebanyak-banyaknya 20 persen dari laba bersih tahun buku yang bersangkutan. Dimulai dari tahun buku 2027, dengan tidak mengabaikan tingkat kesehatan perseroan.
Advertisement
BEI Incar 62 IPO pada 2024
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan sekitar 62 saham baru tercatat melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan raihan IPO 2023 yang mencapai 79 emiten.
"Kalau kita bicara IPO saham tahun depan itu 61 atau 62," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman , dikutip Senin (1/1/2024).
Hingga akhir 2023, Bursa telah mengantongi setidaknya setengah dari target IPO dalam pipeline, yakni 30 perusahaan. Merujuk POJK Nomor 53/POJK.04/2017, terdapat 9 perusahaan dengan aset skala besar di atas Rp 250 miliar. Kemudian 19 perusahaan dengan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, sisanya 2 perusahaan dengan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar. Sementara, rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 3 Perusahaan dari sektor basic materials
• 6 Perusahaan dari sektor consumer cyclicals
• 4 Perusahaan dari sektor consumer non-cyclicals
• 2 Perusahaan dari sektor energy
• 0 Perusahaan dari sektor financials
• 0 Perusahaan dari sektor healthcare
• 5 Perusahaan dari sektor industrials
• 3 Perusahaan dari sektor infrastructures
• 1 Perusahaan dari sektor properties & real estate
• 5 Perusahaan dari sektor technology
• 1 Perusahaan dari sektor transportation & logistic
Secara keseluruhan, Bursa menargetkan pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan saham, efek bersifat utang dan sukuk (EBUS), serta rights issue sebanyak 230 pencatatan pada 2024.
Target tersebut naik dari target revisi tahun ini sebanyak 200 pencatatan, namun turun signifikan dari realisasi akhir tahun lalu yang telah mencapai 385 pencatatan hingga 27 Desember 2023.
Selain itu, BEI menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) 12,25 triliun dan penambahan 2 juta investor baru. Tahun depan, Bursa juga akan meluncurkan instrumen investasi kontrak berjangka saham atau single stock futures (SSF) pada kuartal I 2024.
BEI Cetak Rekor IPO Terbanyak ke-6 di Dunia
Sebelumnya diberitakan, Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan capaian mengesankan sepanjang 2023. Salah satunya, Bursa mencatatkan perusahaan IPO terbanyak ke-6 di dunia dengan 79 emiten baru.
"Kalau dari jumlah IPO di Indonesia untuk 2023 itu 79 emiten, atau 6 persen dari total global IPO, itu nomor 6 di dunia,” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dalam konferensi pers di Jakarta, ditulis Sabtu (30/12/2023).
Secara global, terdapat 1.298 IPO pada 2023. Posisi Indonesia tepat berada di bawah bursa Tokyo dengan 86 IPO atau setara 7 persen dari IPO global.
Di urutan pertama, ada bursa India dengan 220 IPO atau setara 17 persen dari total IPO, disusul Shenzhen 129 IPO atau 10 persen dari total IPO.Kemudian posisi ketiga ada bursa AS dengan 105 IPO atau setara 8 persen dari total IPO global, serta Shanghai dengan 86 IPO atau 8 persen dari total IPO global.
Sementara dari sisi dana yang berhasil dihimpun lewat penawaran perdana saham (initial public offering/IPO), Indonesia berada di posisi ke-9 dengan raihan USD 3,6 miliar. Capaian itu setara 3 persen dari total dana yang berhasil dihimpun dari IPO global yang mencapai USD 123,3 miliar.
Sepanjang 2023, pencatatan efek baru di BEI meliputi 79 saham, 120 emisi obligasi, 3 ETF, 2 EBA-SP, dan 182 waran terstruktur dengan total fund-raised saham sebesar Rp 54,14 triliun dan obligasi sebesar Rp 126,97 triliun.
"Penambahan pencatatan sebanyak 79 saham baru pada tahun 2023. "Ini merupakan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia," imbuh Iman.
Jumlah perusahaan tercatat saham di BEI telah mencapai 903 emiten sampai dengan saat ini. Jumlah tersebut tumbuh 9,3 persen ytd. Menempati posisi kedua terbesar di kawasan Asen setelah bursa Malaysia dengan 990 emiten atau tumbuh 2,1 persen ytd.
Advertisement