Mau Diakuisisi Maybank, BEI Gembok Saham JMAS

Saham JMAS ngacir hingga sentuh auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 34,55 persen ke posisi 148 pada Senin. Dalam sepekan, JMAS naik 57,45 persen dan naik 142,62 persen ytd.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 20 Agu 2024, 16:42 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2024, 16:42 WIB
Pembukaan-Saham
Pergerakan saham di BEI, Jakarta, Senin (13/2). Pembukaan perdagangan bursa hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat menguat 0,57% atau 30,45 poin ke level 5.402,44. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara atau suspensi pada saham PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS). Hal itu sehubungan dengan terjadinya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada saham JMAS.

Dalam rangka cooling down sebagai bentuk perlindungan bagi investor, Bursa melakukan suspensi saham JMAS pada perdagangan hari ini, Selasa 20 Agustus 2024 di pasar reguler maupun pasar tunai. Tujuannya, untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham JMAS.

Kenaikan harga saham JMAS seiring dengan kabar akuisisi oleh Maybank Indonesia Tbk (BNII). Di mana pemegang saham utama JMAS yakni Koperasi Simpan Pinjam (Kospin) Jasa dirumorkan berniat menjual kepemilikannya atas saham JMAS kepada Bank Maybank Indonesia.

Saham JMAS ngacir hingga sentuh auto reject atas (ARA) dengan kenaikan 34,55 persen ke posisi 148 pada Senin. Dalam sepekan, JMAS naik 57,45 persen dan naik 142,62 persen ytd.

Selaras, saham BNII juga tampak bergerak di zona hijau. Saham BBNI naik 4,03 persen ke posisi 258 saat berita ini ditulis. Dalam sepekan terakhir, BBNI naik 20,56 persen dan naik 6,61 persen ytd. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BEI Ajak Perusahaan Kontribusi Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia

Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT Sucofindo memperkuat komitmennya dalam mendukung upaya pengurangan emisi. Komitmen ini ditunjukkan melalui carbon offsetting dengan pembelian Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) dari proyekproyek Aksi Mitigasi Perubahan Iklim yang terdaftar di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI).

 Pembelian SPE melalui PT Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku penyelenggara Bursa Karbondengan nama Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) ini dilakukan sebagai upaya pengurangan emisi terhadap karbon yang dihasilkan pada acara Environmental and Social Innovation Award (ENSIA) 2024 yang diselenggarakan oleh Sucofindo pada 31 Juli 2024.

Secara simbolis, pembelian SPE untuk carbon offsetting ini diserahkan oleh Direktur Utama BEI selaku penyelenggara IDXCarbon Iman Rachman kepada Direktur Utama Sucofindo Jobi Triananda.

“Kami mengapresiasi Sucofindo atas pembelian SPE. Dengan membeli SPE, Sucofindo telah berkomitmen mendukung tujuan bersama dalam pengurangan emisi karbon. Semoga pembelian ini dapat menjadi motivasi bersama dari para kontributor pada aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim” kata Direktur Utama BEI Iman Rachman dikutip Senin (19/8/2024).

 


Langkah Nyata Sucofindo

Selanjutnya, Direktur Utama Sucofindo Jobi Triananda mengatakan bahwa pembeliaan ini merupakan dukungan nyata sebagai perusahaan Testing, Inspection & Certification (TIC) serta Lembaga Validasi dan Verifikasi skema Nilai Ekonomi Karbon (NEK) dan Gas Rumah Kaca.

“Ini merupakan salah satu langkah nyata Sucofindo, yaitu melakukan carbon offsetting melalui pembeliaan Sertifikat Karbon (Sertifikat Pengurangan Emisi SRN-PPI) dari proyek-proyek berkelanjutan,” kata Jobi Triananda. 

Adapun proyek-proyek Aksi Mitigasi berkelanjutan dari pembelian SPE yang dimaksud, adalah pembangkit listrik berbahan bakar gas bumi Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Blok 3 PJB Muara Karang, dan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong Unit 5 & Unit 6.

“Bentuk pembeliaan ini kami lakukan atas hasil emisi yang dihasilkan pada penyelenggaraan ENSIA 2024. Di mana pada penyelenggaran acara ENSIA, kami mengusung kegiatan rendah emisi dan mengadopsi konsep Meeting, Incentive, Conference and Exhibition (MICE) Sustainability,”kata Jobi Triananda. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya