Bursa Perketat Syarat IPO, 40% Calon Emiten Gugur

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, tidak sedikit perusahaan yang terpaksa menunda IPO lantaran belum memenuhi kriteria bursa.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 08 Okt 2024, 12:30 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2024, 12:29 WIB
Bursa Perketat Syarat IPO, 40% Calon Emiten Gugur
Bursa Efek Indonesia (BEI) memperketat seleksi calon perusahaan yang berencana debut di Bursa(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) memperketat seleksi calon perusahaan yang berencana debut di Bursa. Hal itu untuk memastikan perlindungan investor, dengan menjamin keberlanjutan perusahaan usai IPO dan listing di Bursa.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, tidak sedikit perusahaan yang terpaksa menunda IPO lantaran belum memenuhi kriteria bursa.

Salah satu yang paling dipertimbangkan bursa adalah dari sisi going concern. Di mana suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam waktu jangka pendek

"Jadi kita melakukan evaluasi dengan seksama kepada perusahaan-perusahaan. Ada yang ter-reject (untuk IPO). Bisa jadi karena dari sisi going concern. Saat ini sekitar 40% yang ditolak oleh Bursa karena kita melakukan evaluasi secara seksama," ungkap Nyoman kepada Wartawan, Selasa (8/10/2024).

Berkaitan dengan proses IPO, BEI memastikan seluruh perusahaan tercatat telah memenuhi ketentuan persyaratan yang berlaku.

Dalam melakukan evaluasi, BEl tidak hanya melihat dari aspek formal persyaratan pencatatan saja, lebih dalam lagi akan dievaluasi juga terkait aspek substansi seperti going concern, reputasi pengendali, reputasi BoD BoC, dan prospek pertumbuhan dari calon perusahaan tercatat.

⁠Peraturan pencatatan yang dimiliki oleh BEI selalu dijaga relevansinya dengan memperhatikan kondisi terkini dalam dinamika pasar modal. Berbagai inisiatif dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas Perusahaan Tercatat. Saat ini BEI dalam proses penyesuaian peraturan pencatatan yang intinya menaikan persyaratan minimum untuk dapat menjadi perusahaan tercatat di BEI.

 

2024 Segera Berakhir, Mampukah BEI Capai Target 62 IPO?

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, tren pencatatan saham melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun ini tampak sepi. Hingga paruh pertama tahun ini, Bursa kedatangan 32 emiten baru dari target Bursa sebanyak 62 IPO hingga akhir tahun.

Angka itu tak banyak mengalami perubahan pada kuartal III 2024. Sampai dengan 5 September 2024, terdapat 34 perusahaan tercatat saham baru, dan masih ada 25 perusahaan dalam pipeline. Total dana dihimpun adalah sebesar Rp 5,2 triliun, jumlah tersebut terlihat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Pengamat Pasar Modal Desmond Wira menilai target IPO BEI tahun ini tidak akan tercapai. Selain memperhitungkan sisa waktu yang tak banyak, saat ini tampaknya juga terjadi ketidakpastian ekonomi.

"Tinggal tiga bulan lebih sedikit, target 62 IPO menurut saya tidak akan tercapai. Banyak emiten yang menunda IPO, termasuk beberapa yang sudah masuk pipeline IPO BEI malah mundur," kata Desmond kepada Liputan6.com, Jumat (13/9/2024).

 

Faktor Utama Perusahaan Tunda IPO

IHSG Ditutup Melemah, Transaksi Perdagangan Capai Rp14,44 Triliun
Transaksi perdagangan mencapai Rp14,44 triliun dari 33,3 miliar saham yang diperdagangkan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Beberapa faktor utama perusahaan menunda IPO, yang pertama adalah kondisi ekonomi yang stagnan. menurut Desmond, ekonomi Indonesia kurang cerah tahun ini, mengakibatkan banyak perusahaan menunda IPO.

Kedua, adanya ketidakpastian misalnya seperti pemilu yang tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga banyak negara lain termasuk Amerika Serikat. Di dalam negeri sendiri, pesta demokrasi belum usai lantaran masih ada pilkada.

"Jadi ada banyak faktor yang menyebabkan ketidakpastian, misalnya tahun pemilu, lanjut dengan pilkada. Hal ini membuat perusahaan menunda IPO. Juga kondisi eksternal, di mana ekonomi dunia yang kurang kondusif, kondisi geopolitik potensi perang Nato - Rusia. Semua berpengaruh," kata Desmond.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer memperkirakan IPO pada paruh kedua tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan paruh pertama 2024. Secara keseluruhan, IPO tahun ini memang relatif lebih lesu dibandingkan IPO beberapa tahun belakangan.

"Terlebih lagi dengan adanya seleksi ketat oleh BEI bisa jadi penghimpunan dana lewat IPO tidak begitu banyak dibandingkan tahun lalu," kata Khaer dalam pemberitaan Liputan6.com sebelumnya.

 

Perusahaan Tercatat di BEl

Akhir Pekan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas, Jakarta, Jumat (22/9/2023). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kendati begitu, bila dibandingkan Bursa lainnya di kawasan ASEAN, jumlah pertumbuhan perusahaan tercatat baru di BEl masih menjadi yang paling tinggi sepanjang 2024. BEI secara konsisten mencatatkan jumlah pertumbuhan perusahaan tercatat tertinggi di kawasan ASEAN sejak 2018.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman memberikan sinyal IPO ramai pada kuartal IV. Menurut Iman, kebanyakan perusahaan yang lakukan IPO merujuk pada data keuangan per Juni atau Desember. Iman menjelaskan, perusahaan memiliki tenggat sekitar 3 bulan untuk pelaporan keuangan auditan. Asumsinya, jika perusahaan menggunakan laporan keuangan per Juni, maka kemungkinan IPO akan ramai pada kuartal IV.

"Ramai itu pakai buku Desember, pakai buku Juni. Buku Juni itu kalau dia awal, dia perlu 3 bulan. Pasti rame-nya di kuartal keempat. Jadi kuartal keempat yang ramai-nya itu, itu rule of thumb-nya," jelas Iman.

Target IPO

Sayangnya, alih-alih memberi sinyal apakah target IPO akan tercapai atau tidak, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna menegaskan bahwa Bursa menargetkan 340 pencatatan pada tahun ini dari berbagai instrumen.

"Jadi jangan fokus ke (target IPO) 60. Totalnya itu adalah 340 instrumen. Di dalamnya itu ada saham, ETF, DIRE, DINFRA, obligasi, EBA, EBUS, dan sebagainya. Sampai saat ini sudah 353. Sudah 104 persen tercapai," kata Nyoman.

 

Penuhi Ketentuan

FOTO: IHSG Akhir Tahun Ditutup Melemah
Papan elektronik menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Berkaitan dengan proses IPO, BEI memastikan seluruh perusahaan tercatat telah memenuhi ketentuan persyaratan yang berlaku. Dalam melakukan evaluasi, BEI tidak hanya melihat dari aspek formal persyaratan pencatatan saja, lebih dalam lagi akan dievaluasi juga terkait aspek substansi seperti going concern, reputasi pengendali, reputasi BoD BoC, dan prospek pertumbuhan dari calon perusahaan tercatat.

⁠Peraturan pencatatan yang dimiliki oleh BEI selalu dijaga relevansinya dengan memperhatikan kondisi terkini dalam dinamika pasar modal. Berbagai inisiatif dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas Perusahaan Tercatat. Saat ini BEI sedang dalam proses penyesuaian peraturan pencatatan yang intinya menaikan persyaratan minimum untuk dapat menjadi perusahaan tercatat di BEI.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya