Ashmore Asset Management Indonesia Tebar Dividen Interim Rp 30,96 Miliar, Catat Jadwalnya

Ashmore Asset Management Indonesia memarkirkan sisa dana IPO ke Bank Maybank Indonesia. Nilainya masing-masing yaitu Rp 16,52 miliar dan Rp 12,45 miliar. Dengan tingkat bunga masing-masing sebesar 6,15% untuk jangka waktu tiga bulan.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 30 Jan 2025, 18:10 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2025, 18:10 WIB
IHSG Dibuka di Dua Arah
Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) mengumumkan rencana pembagian dividen tunai interim. Rencana aksi itu sesuai dengan keputusan Direksi yang telah disetujui Dewan Komisaris pada tanggal 23 Januari 2025.

Besaran dividen tunai interim yang akan dibagikan adalah Rp 30,96 miliar atau Rp 14 per saham. Pembagian dividen mengacu pada data keuangan perseroan per 30 Desember 2024. Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 36,47 miliar.

Bersamaan dengan itu, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya tercatat sebesar Rp 46,09 miliar dengan total ekuitas Rp 276,19 miliar. Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (30/1/2025), berikut jadwal pembagian dividen tunai interim Ashmore Asset Management Indonesia Tbk:

  • Tanggal Cum Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 7 Februari 2025
  • Tanggal Ex Dividen di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi: 10 Februari 2025
  • Tanggal Cum Dividen di Pasar Tunai: 11 Februari 2025
  • Tanggal Ex Dividen di Pasar Tunai: 12 Februari 2025
  • Tanggal Daftar Pemegang Saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai: 11 Februari 2025
  • Tanggal Pembayaran Dividen: 24 Februari 2025

Saat ini, perseroan belum mengungkapkan laporan keuangan per 31 Desember 2024 secara rinci. PT Ashmore Asset Management Indonesia adalah perusahaan Manajer Investasi anak usaha dari Ashmore Investment Management yang berasal dari Inggris. Pada tahun 2012, perusahaan mengambil alih saham mayoritas Buana Megah Abadi yang merupakan hasil pemisahan kegiatan Manajer Investasi dari PT Evergreen Capital sebagai pengelola reksa dana.

Dalam keterbukaan informasi terbaru, perseroan mengumumkan sisa dana IPO. AMOR menempatkan sisa dana IPO sebesar Rp 72,43 miliar ke sejumlah bank, yaitu PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) atau BTN, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII). AMOR melakukan initial public offering (IPO) pada 14 Januari 2020. Aksi korporasi ini menjaring dana segar senilai Rp 203 miliar.

Adapun, AMOR menempatkan dana senilai Rp 17 miliar sebagai deposito berjangka di BTN. Jangka waktu penyimpanannya selama tiga bulan dengan tingkat bunga sebesar 6,5%. Kemudian, AMOR menempatkan dana deposito berjangka senilai Rp 26,45 miliar ke BRI dengan jangka waktu selama satu bulan. Adapun tingkat bunganya sebesar 6%.

Selanjutnya, AMOR memarkirkan sisa dana IPO ke Bank Maybank Indonesia. Nilainya masing-masing yaitu Rp 16,52 miliar dan Rp 12,45 miliar. Dengan tingkat bunga masing-masing sebesar 6,15% untuk jangka waktu tiga bulan.

BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi Angin Segar untuk Saham

IHSG Ditutup Menguat
Karyawan memfoto layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Sebelumnya, Sejumlah sentimen mengejutkan pasar pekan lalu. Hal itu mulai dari kesepakatan gencatatan senjata antara Israel dan Hamas, data inflasi Amerika Serikat (AS) hingga Bank Indonesia (BI) pangkas suku bunga acuan.

Mengutip PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Senin (20/1/2025), masing-masing sentimen berdampak berbeda tetapi secara keseluruhan membawa efek positif bagi pasar saham dan pendapatan tetap dalam jangka panjang.

Kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas akhirnya disetujui setelah konflik yang dimulai sejak Oktober 2023. Di mana perhatian tetap tertuju pada pertukaran sandera di antara kedua belah pihak serta peningkatan bantuan kemanusiaan ke wilayah itu.

Sebagai salah satu konflik besar yang sedang berlangsung, gencatan senjata ini telah membawa sedikit kelegaan karena peluang penyelesaian menjadi lebih besar.

Setelah konflik mereda dan infrastruktur yang terkena dampak kembali dibangun, lonjakan pemulihan akan terlihat dan aktivitas ekonomi di zona tersebut.

“Khususnya kami memperkirakan harga energi akan mengalami tekanan ke bawah karena rute perdagangan lebih efisien dan ini juga akan kurangi tekanan inflasi global yang dirasakan sepanjang 2024,” tulis Ashmore.

Data Inflasi AS

Selain itu, data inflasi AS mengejutkan dengan data consumer price index (CPI) inti tahunan yang lebih lemah mencapai 3,2 persen. Ini adalah penurunan pertama sejak Agustus di mana suku bunga telah berfluktuasi sekitar 3,2 persen-3,3 persen.

Namun, tren penurunan umum tetap berlaku sejak mencapai puncak pada 6,6 persen pada September 2022.

Sejak rilis data inflasi ini, pasar berjangka telah perkirakan kemungkinan lebih tinggi untuk melihat penurunan suku bunga pada 2025.

Sementara suku bunga efektif untuk Desember 2025 tetap relatif tinggi sekitar 3,9 persen. “Kami telah melihat pengembalian k e bawah 4 persen dan peluang suku bunga lebih rendah tetap ada,” tulis Ashmore.

Namun, ini masih jauh dari tingkat terendah yang diharapkan pada September 2024, di mana pada satu titik, pasar perkirakan suku bunga turun hingga 2,8 persen pada Desember 2025.

“Dengan demikian, kami sekali lagi menekankan ekspektasi suku bunga secara historis tidak stabil,” tulis Ashmore.

Ashmore melihat satu-satunya hal yang tidak berubah adalah pasar terus harapkan penurunan suku bunga bahkan dot-plot paling bearish atau rendah pun masih harapkan penurunan suku bunga ke depan.

Sentimen Domestik

Dari dalam negeri, Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan menjadi 5,75 persen yang mengejutkan memicu lonjakan pada sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga pekan lalu. Hal itu terutama pada bank-bank besar yang harga sahamnya melonjak.

Setelah itu, saham Indonesia terus mengalami reli sepanjang sisa pekan lalu. "Salah satu faktor utama dalam keputusan BI adalah perubahan sikap dari memprioritaskan stabilitas ke arah mendukung pertumbuhan sejalan dengan kebijakan dan sikap Presiden Prabowo,” tulis Ashmore.

Sementara itu, rupiah makin lesu terhadap dolar AS pekan lalu. Intervensi oleh Bank Indonesia untuk menjaga rupiah relatif moderat di mana rupiah melemah menjadi sekitar 16.365.

“Mempertimbangkan pemangkasan suku bunga baru-baru ini, kita telah melihat penurunan imbal hasil Sekuritas Rupiah Bank Indonesia sekitar 20 basis poin dari Lelang terakhir, selain penurunan imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun menjadi 7,14 persen dibandingkan pada puncaknya di 7,28,”

Secara keseluruhan, Ashmore melihat sentimen tersebut diharapkan berdampak positif terhadap saham dan obligasi Indonesia dalam jangka panjang. "Untuk saham kami masih mendukung sektor yang sensitif terhadap pemangkasan suku bunga,”

Selain itu, imbal hasil obligasi akan turun seiring penerbitan obligasi akan tetap ketat pada 2025. “Pemotongan suku bunga akan terus berlanjut di AS serta bank sentral utama lainnya, yang selanjutnya akan menurunkan tekanan pada imbal hasil obligasi. Dengan demikian, kami tetap optimistis terhadap saham Indonesia dan memiliki durasi panjang untuk obligasi,”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya