AS Larang ZTE Beli Komponen Selama 7 Tahun

Perusahaan perangkat telekomunikasi asal Tiongkok ZTE, mendapat hukuman dari Amerika Serikat (AS) berupa pelarangan membeli komponen selama tujuh tahun.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 19 Apr 2018, 10:30 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2018, 10:30 WIB
ZTE
Ilustrasi: ZTE dikabarkan akan merumahkan 3.000 karyawannya pada tahun 2017 (Sumber: Reuters)

Liputan6.com, Shenzhen - Perusahaan perangkat telekomunikasi ZTE yang bermarkas di Shenzhen, Tiongkok, mendapat hukuman dari Amerika Serikat (AS) berupa pelarangan membeli komponen selama tujuh tahun.

Dilansir New York Times, Rabu (18/4/2018), pencekalan ini diumumkan Departemen Perdagangan AS karena ZTE tak kunjung menghukum pegawai mereka yang melanggar sanksi AS.

Sanksi tersebut adalah pelarangan penjualan terhadap Iran dan Korea Utara, dan ZTE ditemukan melakukan mengirimkan produk ke dua negara tersebut.

ZTE memang berasal dari Tiongkok, tetapi produk-produknya memakai hasil manufaktur AS, mulai dari chip sampai teknologi suara.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross sudah geram dengan kelakukan dua perusahaan Tiongkok, yakni Huawei dan ZTE, karena kerap melanggar sanksi AS.

"Kami ingin dunia memperhatikan kalau permainan telah berakhir. Mereka yang menyepelekan sanksi ekonomi dan hukum pengendalian hukum ekspor, tidak akan bebas tanpa hukuman, mereka akan tertimpa konsekuensi paling keras," ucap Ross.

Pada Maret lalu, ZTE diketahui menjual produk-produk buatan AS ke Iran untuk membangun jaringan telekomunikasi. ZTE juga ketahuan mikroprosesor, server, dan router ke Korea Utara.

Pihak kejaksaan agung AS turut menyatakan ZTE berkali-kali berbohong dan menyesatkan penyidik federal, pengacara, dan penyidik internal terkait tindakan mereka saat mengirim produk ke negara-negara yang kena sanksi.

Akibat Perang Dagang?

Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AP Photo/Carolyn Kaster)

Presiden AS Donald Trump berkali-kali secara terbuka mencerca Tiongkok yang dituduh melakukan praktek dagang yang tidak sehat, dan merugikan negaranya.

Pencekalan ZTE pun terjadi saat Trump dan Tiongkok sedang saling adu sanksi ekonomi.

Trump mengancam Tiongkok dengan sanksi sebesar US$ 100 miliar. Sebagai balasan, Tiongkok mengancam melakukan sanksi tarif ke produk AS seperti kacang kedelai.

Namun, perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Apple, Samsung, dan Intel menolak sanksi tarif Trump karena dipandang tidak akan efektif.

Meskipun begitu, ternyata sanksi Trump berhasil membuat lunak Tiongkok, dan berhasil mengajak Xi Jinping untuk bernegosiasi terkait masalah dagang.

Huawei dan ZTE Dicurigai FBI dan CIA

Grafiti Huawei
Grafiti Huawei di trotoar (Sumber: The Inquirer)

Selain sanksi dagang, ZTE dan Huawei secara terbuka ditentang oleh badan intelijen AS. Enam badan intelijen AS mengimbau kewaspadaan dalam memakai produk ZTE dan Huawei karena masalah perlindungan informasi.

Petinggi FBI, CIA, dan NSA kompak dalam menyuarakan ketidakpercayaan mereka terhadap ZTE dan Huawei.

Hal itu ditenggarai adanya kecurigaan potensi memodifikasi atau mencuri informasi untuk kepentingan jahat, serta dalam melaksanakan spionase.

Baru-baru ini, Senator Tom Cotton dari Arkansas dan Senator Marco Rubio dari Florida mengajukan RUU yang memblokir pemerintah AS untuk membeli atau menyewa perlengkapan jaringan dari ZTE maupun Huawei.

Ini bukan pertama kalinya Huawei tersandung masalah di AS. Pada 2012, Huawei dan ZTE sudah dicurigai oleh komite intelijen AS akibat adanya potensi tindak spionase.

(Tom/Jek)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya