Terlalu Lama Gunakan Smartphone Bisa Tumbuh Tanduk di Pangkal Tengkorak

Ternyata berlama-lama menggunakan smartphone dapat menyebabkan tumbuhnya "tanduk" di pangkal tengkorak. Begini penjelasannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jun 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2019, 08:00 WIB
Ilustrasi Smartphone Android, Gadget. Kredit: Pexels via Pixabay
Ilustrasi Smartphone Android, Gadget. Kredit: Pexels via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini, kita telah melakukan banyak perubahan. Salah satunya adalah tidak dapat lepas dari smartphone milik kita.

Nah, ternyata berlama-lama menggunakan smartphone dapat menyebabkan tumbuhnya "tanduk" di pangkal tengkorak.

Siapa yang menyangka bahwa kebiasaan dalam bermain smartphone dapat menyebabkan tumbuhnya penyakit di dalam tubuh kita.

Baru-baru ini, sebuah studi yang dilakukan oleh para ilmuwan yaitu David Shahar dan Mark G. L. Sayers, menemukan bahwa generasi milenial kemungkinan besar terkena penyakit ini.

Kondisi "tanduk" yang tumbuh di pangkal tengkorak tersebut dikenal sebagai Enlarged External Occipital Protuberance (EEOP) atau tonjolan besar oksipital eksternal yang dikenal juga dengan nama Inion.

 

Apa Itu Inion?

Smartphone
Ilustrasi pengguna smartphone (huffingtonpost.com)

Inion adalah tonjolan tulang oksipital yang terlihat atau menonjol dan salah satu tulang yang membentuk tengkorak. Tulang oksipital berbentuk seperti cawan, atau trapesium dengan ujung melengkung.

Tulang tersebut terletak dibelakang tengkorak dan mempunyai daerah lebih rendah. Tampaknya usia yang rentan terkena penyakit ini sekitar 18-30 tahun.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang "tanduk" ini. Nampaknya hal tersebut terjadi karena respons perubahan terhadap kehidupan modern manusia. Menghabiskan banyak waktu menatap ponsel dapat menyebabkan ketegangan pada leher kita.

 

Postur Menyimpang

Pixel 4
Inikah foto smartphone terbaru milik Google, Pixel 4, yang kedapatan di dunia nyata? (Doc: 9to5Google)

Menurut para peneliti, "Hipotesis EEOP dapat dikaitkan dengan postur menyimpang karena penggunaan teknologi genggam yang meluas seperti smartphone dan tablet."

Peneliti juga mengatakan kepada Washington Post bahwa hal tersebut adalah tanda bahwa kepala dan leher tidak dalam konfigurasi yang tepat dan bisa menimbulkan penyakit ditempat lain.

(Linda Fahira Putri/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya