Liputan6.com, Jakarta - Mata uang digital belakangan ini menjadi topik hangat. Pekan lalu, misalnya, menteri keuangan dan bank sentral negara anggota G7 menyerukan regulasi ketat bagi mata uang digital supaya sistem keuangan dunia tidak terganggu.
Namun ternyata, di balik kontroversinya, mata uang digital seperti Libra dan Bitcoin, memungkinkan identifikasi dan pencegahan aktivitas ilegal lebih baik ketimbang sistem pembayaran tradisional. Demikian menurut Tom Robinson, co-founder perusahaan analitik blockchain Elliptic, sebagaimana dikutip dari Venture Beat, Selasa (23/7/2019).
Advertisement
Baca Juga
Temuan Elliptic menunjukkan, sejauh ini pada tahun 2019, US$ 829 juta Bitcoin telah dibelanjakan di dark web. Pembayaran ini digunakan untuk membeli banyak hal mulai dari narkotika hingga kartu kredit curian. Angka ini jauh lebih kecil, jika dibandingkan dengan nilai tahunan pembayaran pasar gelap secara global yang diperkirakan mencapai US$ 2,2 triliun.
Sementara itu, pembayaran pasar gelap hanya merepresentasikan kurang dari 0,5% dari total pembayaran dengan Bitcoin selama periode ini. Total hasil kejahatan yang dihasilkan di Amerika Serikat diperkirakan berjumlah sekitar US$ 300 miliar pada 2010 atau sekitar dua persen dari ekonomi AS secara keseluruhan pada saat itu.
Selama beberapa tahun terakhir ceruk pasar transaksi Bitcoin yang dapat dihubungkan ke aktivitas terlarang telah menurun secara drastis. Hal itu disebabkan oleh dua alasan utama.
Pertama, spekulasi telah mengemuka karena penggunaan utama mata uang digital sebagai aset, dengan aktivitas transaksi ritel dan institusional yang meningkat. Kedua, muncul kesadaran yang berkembang bahwa transaksi aset kripto tidak anonim dan pembayaran pasar gelap dapat diidentifikasi dan dilacak.
Â
Â
Teknlogi Blockchain
Mayoritas aset kripto, termasuk Libra, didasarkan pada semacam buku besar transaksi yang bersifat transparan, yakni blockchain. Siapa pun dapat mengunduh blockchain Bitcoin dan melihat detail setiap transaksi.
Identitas dunia nyata memang tidak tercatat di blokchain, tetapi blockchain dapat digunakan untuk mengaitkan transaksi dengan pihak-pihak yang diidentifikasi, termasuk operator ransomware.
Jejak transaksi lengkap yang tersisa di blockchain publik juga memungkinkan kita untuk melihat rekam jejak end-to-end dana yang mengalir di seluruh ekosistem mata uang kripto, yang menunjukkan jejak audit komprehensif dari semua transaksi yang pernah dilakukan.
Sebagai perbandingan, pada transaksi tunai tidak ada visibilitas jejak transaksi.Â
Advertisement
Cegah Pencucian Uang
Lembaga penegak hukum telah mengeksploitasi kemampuan ini untuk menangani pasar gelap, kelompok kriminal siber dan identifikasi pencucian uang.
Perusahaan mata uang digital juga menggunakan blockchain untuk memantau transaksi terlarang.
Di AS, misalnya, pertukaran mata uang digital dan layanan lainnya berada dalam ruang lingkup Undang-Undang Kerahasiaan Bank. UU ini mewajibkan mereka untuk memahami dari mana dana pelanggan mereka berasal dan menerapkan tindakan antipencucian uang lainnya.
Blockchain juga memungkinkan mereka untuk menentukan sumber utama simpanan pelanggan dan membedakan antara pencucian uang dan transaksi bersih.
(Why/Ysl)