Buat Apa Militer AS Beli Data Lokasi Pengguna Aplikasi Muslim Pro?

Untuk apa militer AS tertarik membeli data lokasi dari aplikasi Muslim Pro?

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 18 Nov 2020, 10:32 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2020, 10:11 WIB
Muslim Pro - Ramadan 2020
Muslim Pro - Ramadan 2020

Liputan6.com, Jakarta - Jutaan data lokasi milik pengguna aplikasi Muslim Pro diduga telah dijual ke militer AS. 

Sebelumnya, melalui laporan publik dan interview dengan pengembang dan analis teknis, majalah online Motherboard menemukan, ada dua aliran data paralel yang digunakan oleh militer AS untuk mendapatkan data lokasi pengguna.

Salah satu data bersumber pada perusahaan bernama Babel Street, selaku pembuat produk Locate-X. Akses atas produk Locate-X ini kemudian dibeli oleh US Special Operations Command (USSOCOM), cabang dari militer AS yang bertugas dalam bidang kontraterorisme.

Mengutip laman Vice, Selasa (18/11/2020), data tersebut kemudian digunakan untuk membantu menjalankan operasi mereka di sejumlah wilayah di seluruh dunia.

Vice menyebut, data lokasi mungkin saja dipakai untuk menargetkan serangan drone. Jika benar demikian, data lokasi umat muslim menjadi cukup sensitif.

Apalagi berdasarkan berbagai laporan sebelumnya, Amerika telah melancarkan perang selama puluhan tahun terhadap kelompok teror yang didominasi muslim di Timur Tengah.

Meski menarget kelompok teror, perang tersebut juga telah membuat ratusan ribu warga sipil jadi korban baik itu di Pakistan, Afghanistan, hingga Irak.

Kendati demikian, pihak Motherboard menyebut tidak mengetahui adakah operasi khusus yang dijalankan oleh militer AS yang melibatkan penggunaan data lokasi bersumber pada aplikasi Muslim Pro.

Data Dibeli dari Pihak Ketiga

Muslim Pro - Ramadan 2020
Muslim Pro - Ramadan 2020

Akses lain adalah dari sebuah perusahaan bernama X-mode yang mengumpulkan data langsung dari aplikasi-aplikasi. Data yang diperoleh dari aplikasi itu kemudian dijual ke kontraktor data, salah satunya berakhir di militer AS.

Aplikasi yang mengirimkan data ke X-Mode termasuk di antaranya Muslim Pro, sebuah aplikasi pengingat solat dan arah kiblat. Dalam kasus ini, data yang dikirimkan adalah data lokasi.

Aplikasi Muslim Pro sendiri diunduh hingga lebih dari 98 juta kali oleh umat muslim di dunia. Di mana, 50 juta unduhan berasal dari perangkat Android dan sisanya dari iOS.

Aplikasi lain yang mengirimkan data ke X-Mode adalah Muslim Mingle, aplikasi pencarian jodoh bagi kaum muslim. Aplikasi ini sudah diunduh hingga 100.000 kali.

Sejumlah pengembang aplikasi yang diwawancara Motherboard mengaku tidak tahu kalau data lokasi milik pengguna mereka berakhir di tangan militer.

Bahkan, ketika pengguna memeriksa kebijakan privasi, mereka mungkin tidak sadar bahwa ada banyak sekali industri, perusahaan, atau badan pemerintah yang membeli data mereka.

Pembelian data semacam ini memang menimbulkan pertanyaan, pasalnya untuk mendapatkan data lokasi, diperlukan surat perintah dari pengadilan.

Akses Anonim?

Muslim Pro - Ramadan 2020
Muslim Pro - Ramadan 2020

Namun, kontrak USSOCOM memperlihatkan bahwa pembelian data lokasi AS telah meluas, dari penegakan hukum hingga lembaga militer.

USSOCOM sendiri membeli akses ke produk Locate X dari perusahaan bernama Babel Street. Di mana, menurut mantan karyawan Babel Street, pengguna produk ini bisa menggambar sebuah bentuk peta, melihat semua perangkat dengan data lokasi, kemudian mengikuti sebuah perangkat tertentu.

Meski data lokasi milik Locate X disebut anonim, sumber tersebut mengatakan, para pengembang bisa mengetahui siapa individu-individu pemilik data tersebut.

Tidak hanya data lokasi, militer AS juga membeli lisensi software tambahan dari Locate X dan produk lain yang berfokus pada analisis teks. Bundling untuk lisensi tambahan ini bernilai USD 90.600 atau setara Rp 1,2 miliar.

Kendati demikian, Babel Street mengatakan, data lokasi dari produk mereka tidak selalu akurat.

(Tin/Isk)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya