Memanfaatkan AI untuk Efisiensi Energi di Jaringan Seluler

Melalui layanan pengoptimalan dan desain jaringan tingkat lanjut, model AI memberikan wawasan mendalam kepada penyedia layanan komunikasi tentang dinamika jaringan dan perilaku pengguna.

oleh M Hidayat diperbarui 10 Jul 2023, 18:54 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2023, 12:00 WIB
Tower BTS
Ilustrasi Tower BTS (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Perluasan jaringan seluler yang cepat, ditambah dengan kemunculan jaringan 5G dan permintaan akan pemadatan, telah menyebabkan peningkatan konsumsi energi yang signifikan.

Untuk mengatasi isu yang berkembang ini dan sejalan dengan sasaran Net Zero, integrasi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence, AI) dan Machine Learning (ML) sangat penting.

Dengan memanfaatkan teknologi ini, perusahaan telekomunikasi dapat mencapai otomatisasi dan pengambilan keputusan yang terinformasi, efektif mengurangi penggunaan energi, dan membuka jalan bagi jaringan yang lebih berkelanjutan.

Menurut perusahaan telekomunikasi Ericsson, AI telah memberikan dampak besar pada kinerja energi dalam infrastruktur jaringan seluler.

Melalui layanan pengoptimalan dan desain jaringan tingkat lanjut, model AI memberikan wawasan mendalam kepada penyedia layanan komunikasi tentang dinamika jaringan dan perilaku pengguna.

Hal ini memungkinkan perencanaan yang tepat, sehingga solusi hemat energi dapat disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap lokasi radio.

Selain itu, Ericsson menilai bahwa penyedia layanan komunikasi dapat memanfaatkan AI untuk menerapkan situs 5G dan mengalokasikan sumber daya berdasarkan permintaan pelanggan, sehingga meningkatkan efisiensi operasional.

Kemampuan prediktif AI yang dikombinasikan dengan fungsi hemat energi juga memungkinkan jaringan untuk mengalokasikan sumber daya secara dinamis, serta mengatur frekuensi sesuai permintaan. Dengan demikian, manajemen sumber daya yang cerdas ini dapat mengurangi konsumsi energi selama periode permintaan rendah.

Layanan pengoptimalan jaringan memiliki dampak terbesar pada efisiensi energi. Radio Access Network (RAN), yang mencakup peralatan aktif dan pasif, menyumbang lebih dari 75 persen konsumsi energi di jaringan seluler.

Dengan menerapkan fitur hemat energi yang didukung oleh AI, penyedia layanan komunikasi dapat secara signifikan meningkatkan keberlanjutan dan profitabilitas mereka.

 

Studi Kasus

Ericsson juga menyoroti studi kasus Far EasTone. Operator seluler di Taiwan itu menghubungkan 71 persen tagihan listrik dengan RAN.

Namun, dengan memanfaatkan rangkaian aplikasi Service Continuity AI dari Ericsson, mereka berhasil mengurangi konsumsi energi RAN harian sebesar 25 persen tanpa mengorbankan kinerja jaringan. Hal ini menjadi bukti nyata manfaat potensial yang dapat ditawarkan AI dalam efisiensi energi di jaringan seluler.

Meskipun ada dorongan global untuk mengurangi energi dan emisi karbon, masih banyak penyedia layanan komunikasi yang ragu untuk mengaktifkan fitur hemat energi yang sudah tersedia di jaringan atau peralatan RAN mereka.

Kekhawatiran tentang dampak negatif pada kinerja jaringan atau pengalaman pelanggan seringkali menjadi hambatan.

Untuk mengatasi masalah ini, Ericsson menawarkan layanan konsultasi AI yang menganalisis dampak fitur hemat energi pada jaringan menggunakan prediksi AI dan ML.

 

Manajemen energi cerdas

Dengan menciptakan dua jaringan digital yang identik, penyedia layanan komunikasi dapat mensimulasikan dan mengoptimalkan parameter yang berbeda, sehingga dapat mengidentifikasi pengaturan optimal sebelum mengimplementasikannya di jaringan langsung.

Berdasarkan paparan di atas, teknologi AI telah melampaui pengoptimalan konsumsi energi. Hal ini memungkinkan manajemen energi cerdas dengan menghubungkan semua situs jaringan dan mengontrol serta mengatur sistem daya dari jarak jauh.

Dengan mengelola sumber daya secara cerdas berdasarkan data real-time, seperti tarif listrik, ketersediaan energi terbarukan, dan perkiraan permintaan, penyedia layanan komunikasi dapat memprioritaskan penggunaan energi, mengurangi biaya, dan menurunkan emisi karbon.

Salah satu tantangan signifikan yang menghambat kemajuan di bidang ini adalah kurangnya konektivitas untuk peralatan pasif di seluruh situs jaringan global. Namun, potensi untuk menghasilkan pendapatan dan peluang bisnis baru memberikan insentif yang menarik bagi penyedia layanan komunikasi untuk berinvestasi dalam mendigitalkan peralatan aktif dan pasif.

Infografis Penjelasan Cuaca Panas Melanda Wilayah Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)

Infografis Penjelasan Cuaca Panas Melanda Wilayah Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Penjelasan Cuaca Panas Melanda Wilayah Indonesia. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya