Liputan6.com, Jakarta - Dalam pidato kenegaraan terakhirnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan sejumlah pencapaian ekonomi dalam 10 tahun terakhir.
SBY mengaku di bawah kepimpinannya, pemerintah terus gigih mendorong kebijakan pembangunan prorakyat, yaitu kebijakan yang bersama mendorong pertumbuhan, mengentaskan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja dan menjaga kelestarian.
Indonesia di tengah terpaan cobaan baik bencana alam maupun krisis ekonomi 2008, pemerintah sanggup menjaga stabilitas kondisi ekonomi makro. Ini ditunjukkan dengan Indonesia terus cetak pertumbuhan ekonomi relatif tinggi.
Sepanjang 2009-2013, secara rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 5,9 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, Eropa dan Jepang dalam kurun waktu yang sama.
Meski ekonomi Indonesia alami perlambatan jadi 5,2 persen pada semester I 2014, namun di antara negara G20 Indonesia tetap menduduki pertumbuhan tertinggi setelah Tiongkok.
"Kemampuan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi penting, di mana saat ini banyak negara emerging economy lainnya mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi, bahkan cukup dalam," tutur dia.
Tak hanya itu, utang Indonesia kini berada dalam situasi yang lebih aman. Di puncak krisis moneter 1998, rasio utang Indonesia terhadap pendapatan domestik bruto sekitar 85 persen, artinya utang Indonesia hampir sama besarnya dengan penghasilan bangsa.
Baca Juga
"Dengan susah payah akhirnya kita turunkan rasio utang jadi 23 persen," katanya.
Advertisement
Bahkan jika dibandingkan, dengan rasio utang negara maju Indonesia termasuk yang terendah. Rasio utang Jepang 227,2 persen, Amerika Serikat AS 101,5 persen dan Jerman 78,4 persen. "Saat ini rasio utang RI terendah di antara negara G20," jelas nya. (Ndw)