Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Oktober 2014 sebesar 0,47 persen. Penyebab utamanya karena sumbangan inflasi dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mencapai 1,04 persen.
Menurut Kepala BPS, Suryamin ada beberapa pemicu inflasi di bulan kesepuluh ini. Mulai dari kenaikan tarif listrik, elpiji sampai bahan pangan pokok.
- Tarif listrik dan harga elpiji memberikan andil inflasi 0,22 persen atau masih di bawah 0,5 persen. Terjadi perubahan harga 4,42 persen. Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah secara bertahap untuk mengurangi subsidi tarif listrik. Terjadi kenaikan tarif listrik paska bayar di 80 kota IHK, tertinggi di Tanjung Pinang 8 persen, Bungo 7 persen. Sementara 2 kota IHK yang dikelola pemda tidak dikenakan tarif. Sedangkan untuk kenaikan harga elpiji terjadi di 82 kota IHK, tertinggi 29 persen di Manado, Samarinda dan Padang masing-masing 11 persen.
- Cabai merah dengan andil inflasi 0,18 persen dan perubahan harga sebesar 40,52 prsn karena produksi berkurang di beberapa daerah karena kekeringan. Kenaikan harga cabai merah di 74 kota. Paling tinggi di Banyuwangi sampai 106 persen, Sumenep 81 persen.
- Tarif angkutan udara andil inflasi 0,03, perubahan harga 3,4 persen karena peningkatan permintaan jasa angkutan udara. Kenaikan tarif terjadi 28 kota IHK, paling besar di Palembang 29 persen dan Samarinda 28 persen.
- Beras andil inflasi 0,03 prsn dan perubahan harga 0,78 persen karena mulai memasuki masa paceklik di beberapa daerah. Sebanyak 46 kota IHK mengalami kenaikan harga seperti di Pare-pare sebanyak 6 persen dan 5 persen di Cilacap.
- Cabai rawit andil inflasi 0,02 prsn karena terjadi kenaikan harga di beberapa daerah akibat musim kemarau. Tapi permintaan tetap tinggi. Sebanyak 56 kota IHK mengalami penyesuaian harga, tertinggi di Jayapura 46 persen dan Tegal sebesar 60 persen.
Sementara komoditas yang mengalami deflasi dan menghambat inflasi, antara lain :
Baca Juga
- Daging ayam ras dengan andil deflasi 13 persen, dan perubahan harga minus 9,65 persen. Ini dipicu karena penurunan harga daging ayam ras menjelang Idul Adha serta pasokan melimpah. Penurunan harga terjadi di 69 kota IHK, tertinggi di Kudus 30 persen dan Jambi 27 persen.
- Telur ayam ras memberikan andil deflasi 0,02 persen dengan perubahan harga 2,9 persen. Permintaan sudah normal melewati Lebaran dan puasa. Sebanyak 59 kota mengalami penurunan harga seperti di Manokwari 11 persen dan Batam 9 persen.
(Fik/Gdn)
Advertisement