Kelola Inflasi, BI Minta Pemerintah Tak Ragu‎ Buka Kran Impor

Pada 2015, Bank Indonesia telah menetapkan angka inflasi di kisaran 4 persen plus minus 1 persen.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 14 Agu 2015, 17:50 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2015, 17:50 WIB
El Nino mempengaruhi produksi padi
El Nino mempengaruhi produksi padi (Reuters)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tengah dihadang anomali iklim El Nino. Akibatnya, beberapa wilayah di Indonesia‎ tengah dilanda kekeringan yang berkepanjangan. Bank Indonesia (BI) melihat, fenomena alam yang disebut dengan 'bocah lelaki' tersebut akan mendorong inflasi ke level yang tinggi karena kenaikan harga pangan akibat banyak panen yang gagal.

Untuk mengatasinya, BI pun meminta kepada pemerintah agar tidak ragu-ragu dalam membuka keran impor pangan. Dengan adanya impor pangan, diharapkan pasokan bahan pangan tak akan melambung tinggi karena ketersediaan pasokan. 

"Kalau diperkirakan stok tidak memcukupi yang diperlukan maka pemerintah tidak boleh ragu untuk impor, kalau itu dilakukan tentu tekanan inflasi tidak besar," kata Gubernur Bank Indonesia, Agus DW Martowardojo di Gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (14/8/2015).

Agus menggaris bawahi, El Nino ini menjadi hal yang harus serius dipikirkan dan diantisipasi di 2015 ini. Diperkirakannya, dampak nyata El Nino baru akan terasa pada kuartal III dan Kuartal IV 2015.

Pada 2015, Bank Indonesia telah menetapkan angka inflasi di kisaran 4 persen plus minus 1 persen. Untuk itu dirinya akan terus meningkatkan komunikasi bersama pemerintah untuk menjaganya hingga akhir 2015.

Seperti diketahui, berdasar pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), El Nino akan terus menguat dan mencapai puncaknya pada 2 bulan ke depan.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya melaporkan hal tersebut kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (6/8/2015).

‎"BMKG melihat baik itu dari data-data fenomena angin, juga kolam panas yang terjadi di Pasifik tengah dan Pasifik selatan. Kami melaporkan potensi El Nino itu masih dalam proses menguat.‎ Proses penguatan masih terjadi. ‎Puncaknya yaitu Agustus-September," ‎ujar Andi usai rapat terbatas bersama Presiden Jokowi.

Menurut dia, proses penguatan El Nino terjadi secara pelan-pelan dan dapat dideteksi melalui pengamatan di beberapa wilayah yang mengalami El Nino.

"Ini kan terus berjalan, Jadi masuk 1 Agustus, proses (penguatan) kemudian berjalan pelan-pelan sekali, makanya ini mesti dilihat. BMKG mempunyai tugas setiap 10 hari sekali melaporkan pengamatan ini," ucap Andi.

Dia memaparkan El Nino yang terjadi berujung pada bencana kekeringan di beberapa wilayah di Indonesia. Fenomena kekeringan terjadi di wilayah-wilayah di hampir sebagian wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Selatan hingga Papua.‎ (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya