Begini Alasan Para Guru Honorer Gelar Demo

Para guru dan tenaga honorer kategori dua telah melakukan tes untuk pengangangkatan menjadi PNS, tetapi tes itu diduga tak transparan.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Sep 2015, 08:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2015, 08:00 WIB
Demo Guru
(liputan6)

Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 20 ribu guru dan tenaga honorer yang tergabung dalam Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) akan menggelar aksi unjuk rasa di sejumlah titik di Jakarta pada hari ini.

Ketua Umum FHK2I, Titi Purwaningsih mengatakan ada alasan kuat mengapa para tenaga dan guru honorer di bidang pendidikan ini mengambil langkah untuk berunjuk rasa.

Dia menjelaskan, sebenarnya para guru dan tenaga honorer kategori 2 (K2) telah melakukan tes untuk pengangkatan menjadi PNS pada akhir tahun lalu. Namun, tes tersebut diduga tidak transparan sehingga banyak guru dan tenaga honorer yang tidak lulus.

"Kami tes pada 3 November 2014 dan belum dinyatakan lulus. Berdasarkan PP 56/2012, dalam PP tersebut honorer K1 dan K2 yang berhak diangkat. Tapi untuk honorer K2 tidak lulus tapi tidak ada tranparansi. Kami tidak tahu nilai seperti apa sehingga kami tahu kenapa tidak lulus," ujar Titi di Jakarta, Selasa (15/9/2015).

Menurut Titi, segala cara sudah dilakukan oleh para guru dan tenaga honorer ini untuk meminta alasan mengapa tidak lulus tes dan diangkat menjadi PNS. Namun hingga saat ini tidak ada kejelasan mengenai hal tersebut.

"Kami punya konsep 9 langkah, kami sudah lakukan lobi dan akhirnya melakukan aksi. Lobi sudah dilakukan kepada Menteri PAN-RB pada 4 Mei. Namun sampai saat ini belum ada kebijakan yang dijanjikan. Kami ingin membuka mata hati semua pihak bahwa honorer layak jadi PNS. Kami tuntut agar di-PNS-kan," tegas dia.

Titi menjelaskan, ada alasan yang kuat mengapa para guru dan tenaga honorer ini menentut untuk diangkat menjadi PNS secepatnya, salah satunya karena alasan gaji. Dia mengungkapkan, selama ini para guru dan tenaga honorer ini, terutama di daerah digaji tidak lebih dari Rp 300 ribu per bulan, itu pun terkadang baru dibayarkan setiap tiga bulan sekali.

"Gaji kami di bawah layak, tidak manusiawi. Setelah jalan 12 tahun mengabdi, kita punya dasar yang kuat untuk menuntut. Selama ini meski gaji tidak layak tapi kami bertahan karena kami dijanjikan kenaikan gaji yang belum terealisasi. Maka dari itu ada tuntutan dari aksi ini," ujar Titi. (Dny/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya