BKPM Buka Investasi dari Berbagai Negara

Kepala BKPM, Franky Sibarani menuturkan pihaknya tidak melihat kekhususan terhadap investasi satu negara termasuk Israel.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Apr 2016, 12:47 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2016, 12:47 WIB
20160108-BKPM-Siapkan-5-Strategi-Jakarta-AY
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani memberikan keterangan terkait strategi kejar target investasi 2016, Jakarta (8/1). BKPM menyiapkan 5 langkah strategi mendukung pertumbuhan investasi tahun 2016. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menegaskan hingga saat ini tidak ada rencana untuk menutup investasi dari negara tertentu, termasuk dari Israel. Indonesia masih terbuka terhadap masuknya investasi dari berbagai negara di dunia.

Kepala BKPM Franky Sibarani mengatakan, pihaknya selama ini tidak melihat adanya kekhususan terhadap masuknya investasi satu negara. Pasalnya, ada sejumlah negara yang hanya menjadi hub investasi dari negara lain, seperti Israel.

"Investasi yang terkait dengan Israel begini, kita tidak melihat adanya kekhususan terhadap investasi satu negara. Tetapi memang nilainya tidak besar, bahkan mungkin saya melihat lebih banyak investasi di berbagai negara itu sekarang kecenderungannya itu tidak selalu tercatat dari asal negaranya," ujar dia di Jakarta, Senin (4/4/2016).

Dia mencontohkan, sebenarnya jumlah investasi dari para investor China yang masuk ke Indonesia cukup besar. Namun investasi tersebut sering tercatat bukan berasal dari China, melainkan masuk melalui negara lain.

 

"Contoh, China itu ada pergeseran mengenai asal negara. Jadi tidak sedikit investasi dari China yang kalau kita trase negaranya, itu tidak dari China sendiri. Kemarin saya ke warehouse, itu bahkan dari common island. Padahal itu jelas betul dari China," kata dia.

Franky menyatakan, pihaknya tetap mengundang investor dari berbagai negara tanpa melihat dari mana asal negaranya. Hal ini sejalan dengan target pemerintah yang terus mendorong peningkatan investasi di dalam negeri.

"Tentunya, asal negara itu lebih memudahkan kita untuk mendorong concern (pada bidang investasi). Misalnya ada FTA (free trade agreement), dukungan dari pemerintahnya, itu akan jauh lebih mudah. Tapi sekali lagi, sejauh ini memang tren negara itu lambat laun akan semakin bergeser. Tentu seperti Hong Kong akan lebih meningkat, Singapura akan lebih meningkat. Seperti itu," ujar dia. (Dny/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya