Respons Pedagang Ada Impor Daging Kerbau

Pedagang menilai saat ini masyarakat menggantungkan diri dengan sapi sehingga harganya terus naik.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 02 Sep 2016, 12:38 WIB
Diterbitkan 02 Sep 2016, 12:38 WIB
20160902-Bulog Promosikan Daging Kerbau Sebagai Pengganti Daging Sapi-Jakarta
Pengunjung saat memilih daging kerbau pada acara sosialisasi di Kantor Perum Bulog, Jakarta, Jumat (2/9). Pemerintah melalui Bulog memang menargetkan akan mendatangkan 750 ton daging kerbau impor dari India. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pedagang daging masih pikir panjang untuk menjual daging kerbau. Lantaran, daging kerbau jarang dikonsumsi masyarakat.

Pedagang pasar Kebayoran Lama Paiman (54) mengaku khawatir menjual daging kerbau karena takut tidak laku. "Kalau sekarang sudah jarang. Kalau dulu orang Betawi banyak yang makan kerbau," kata dia kepada Liputan6.com, Jakarta, Jumat (2/9/2016).

Paiman juga ragu, ada daging kerbau bisa menurunkan daging sapi di pasaran. Berkaca pada impor daging beku beberapa waktu lalu, nyatanya harga sapi tetap betah di harga Rp 120 ribu per kg.

"Kalau sistemnya kaya kemarin yang daging Rp 80 ribu per kg, tapi tidak turun, ada urat campur begitu. Tidak laku. Warnanya pada biru," ujar dia.

Dia menerangkan, saat ini masyarakat tetap menggantungkan diri dengan sapi. Itu terlihat dari harga sapi hidup yang terus merangkak naik.

"Sekarang di daerah sapi kawin, punya anak masih kecil sudah dijual Rp 9 juta sudah laku," ujar dia.

Dia bilang, harga daging sapi saat ini stabil dengan komposisi harga sirloin Rp 120 ribu per kg, tenderloin Rp 130 ribu per kg, ati Rp 50 ribu per kg, usus babat Rp 20 ribu per kg. Lalu paru dibanderol Rp 70 ribu per kg  dan ekor Rp 95 ribu per kg. "Mana buktinya, Lebaran sampai habis masih mahal," kata dia. (Amd/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya