Liputan6.com, Depok - Krisis migas mengancam Indonesia. Sebab itu diperlukan lokasi eksplorasi baru untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri demi mencapai ketahanan energi nasional. Caranya, dengan menggiatkan riset eksplorasi migas khususnya di lautan.
Ketua Dewan Energi Andang Bachtiar mengatakan, eksplorasi migas pernah digagas 10 tahun lalu namun hanya berjalan tiga tahun.
"Sempat tidak aktif. Nah, di era Jokowi saat ini, pemerintah mementingkan bagaimana membangun negara maritim. Jadinya yang paling utama adalah riset atau eksplorasi migas jadi penting. Konsorsium dihidupkan lagi. Riset di laut jadi penting," ujar dia di Auditorium Djokosoetono FH UI di Depok, Rabu (7/9/2016).
Dia mengatakan, seiring kembali dihidupkannya kembali konsorsium, dalam program eksplorasi bertindak sebagai pembina adalah Menteri Koordinator Maritim Luhut Pandjaitan.
Baca Juga
"Ada juga pembina dari ITB. Eksplorasi melibatkan kapal pemerintah. Dananya dari mana? Akan dibahas dalam konsorsium. Mudah-mudahan awal 2017 sudah berjalan," ujar Andang.
Dikatakan Andang, status cekungan migas Indonesia saat ini, 70 persen berada di laut. Adanya konsorsium diharapkan dapat mempercepat penemuan lokasi baru eksplorasi migas terutama di daerah offshore.
"Penurunan produksi migas saat ini tidak hanya diakibatkan kurangnya pengeboran sebagai dampak turunnya harga minyak dunia, tapi karena makin tuanya lapangan migas yang ada. Cadangan migas kita hanya 3,7 miliar barel, lebih rendah dari Malaysia," ungkap Andang.
Mengenai lokasi yang akan dijadikan tempat eksplorasi, Andang mengatakan pihaknya sudah memiliki data akurat dari KEN (Komite Energi Nasional) yang mencakup 17 area.
"Kita ada beberapa fokus. Ada beberapa area yang segera kita follow up terutama di tiga lempeng kecil Sunda Land. Tepatnya di mana nanti kita akan lihat. Ada juga di sekitar perairan Karimata," ujar Andang.
Nantinya, dalam pelaksanaan eksplorasi, akan dibantu TNI dan para pelaku industri migas yang telah setuju menyiapkan sekira 5 kapal.
Advertisement