Liputan6.com, Jakarta Bisnis e-commerce di Indonesia berkembang dengan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Namun dari sekian banyak pemain e-commerce lokal, belum ada yang mampu tumbuh besar dan mendunia seperti e-commerce asal negara lain, yaitu Alibaba dan Amazon.
Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Lis Sutjiati mengatakan, ada beberapa hal yang membuat pemain e-‎commerce lokal belum mampu menyaingi e-commerce dari negara lain. Pertama, soal ketersediaan modal (funding).
Lis menuturkan, ketersediaan modal yang cukup ini sangat penting untuk menjamin sebuah e-commerce bisa terus berjalan sehingga mampu berkembang. Namun nyata kredit modal untuk sektor e-commerce ini masih sulit didapatkan di Indonesia.
Baca Juga
"Soal funding, kita masih kesulitan," ujar dia di JIExpo Kemayoran,‎ Jakarta, Jumat (21/10/2016).
Kedua, soal budaya masyarakat Indonesia yang ‎belum terbiasa bertransaksi secara online. Hal ini karena masih ada kekhawatiran soal keamanan jika melakukan transaksi tersebut.
"Kemudian, soal consumer. Banyak masyarakat masih kebingungan bagaimana mencari barang secara online ataupun banyak masyarakat masih ketakutan bagaimana soal keamanan (cyber security),"‎ kata dia.
Ketiga, yaitu soal jaringan internet yang masih lelet dan belum menjangkau ke seluruh wilayah Indonesia. Padahal, bisnis e-commerce sangat mengandalkan internet untuk bisa menjalankan usahanya.
Keempat yaitu soal biaya logistik‎ di dalam negeri yang masih tinggi. Menurut Lis, tingginya biaya logistik ini selain karena infrastruktur yang belum memadai, juga karena kondisi geografi Indonesia yang luas dan terdiri dari banyak pulau.
"Padahal logistik bagi e-commerce menjadi nomor satu untuk bisa berkembang. Sebagai negara besar tentu ini menjadi perhatian," ujar dia. (Dny/Ahm)
Advertisement