BI Kendalikan Inflasi Lewat Pengembangan Klaster

Strategi yang dirancang BI dalam pengembangan klaster melalui tiga pendekatan.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 09 Nov 2016, 10:59 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2016, 10:59 WIB
Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melakukan pendekatan melalui pengembangan klaster atau pengembangan potensi khas suatu daerah dalam mendongkrak kemajuan dari sisi suplai. Pendekatan ini untuk menjaga stabilitas moneter melalui pengendalian inflasi.

Deputi Direktur Departemen Pengembangan UMKM Bank Indonesia, Ika Tejaningrum mengatakan, strategi yang dirancang Bank Indonesia dalam pengembangan klaster ini melalui tiga pendekatan. Pertama melalui zonasi dengan melihat prioritas komoditi berdasarkan komoditas yang memiliki kontribusi inflasi terbesar atau volatile foods di tingkat regional.

"Kita coba kembangkan melalui UMKM khsusnya di daerah perbatasan dan tertinggal, pemberdayaan perempuan, nelayan, industri kreatif dan komoditi ekspor," ujar Ika dalam Temu Wartawan Daerah di Jakarta seperti ditulis Rabu (9/11/2016).

Pengembangan klaster juga melihat aspek produksi dan budidaya yang terintegrasi dengan sumberdaya untuk kemandirian dan kesejahteraan sosial. Seperti pengembangan ternak sapi diintegrasikan dengan pemanfaatan limbah kotoran sapi untuk memproduksi biogas.

Aspek lain yang juga dikembangkan Bank Indonesia adalah keuangan. Sebagai Bank Sentral, BI akan mendorong akses pembiayaan pada berbagai rantai nilai. Upaya ini dilakukan dengan menerapkan skema Value Chain Financing atau VCF melalui pendekatan business to business.

"Upaya ini tujuannya untuk memenuhi permintaan pasar dalam pengendalian inflasi melalui klaster di daerah," kata Ika Tejaningrum.

Terpisah, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan, untuk meningkatkan pemahaman program pengembangan klaster di daerah ini, Bank Indonesia melakukan temu wartawan daerah dengan melibatkan sedikitnya 440 orang wartawan dalam dua sesi pelatihan.

"Saat ini kita mengumpulkan 220 orang wartawan daerah dari wilayah Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Ini sesi kedua, yang pertama kita sudah lakukan bulan lalu, khusus wartawan dari Pulau Jawa, Sulawesi dan Bali,"  ungkap Mirza. (Yuliardi Hardjo Putra/Ahm)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya