Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetianto mengapresiasi kinerja Menteri Keuangan Sri Mulyani. Lantaran Sri Mulyani disiplin dalam mengatur anggaran dan menargetkan defisit anggaran di kisaran 2,7 persen. Padahal, pemerintah memiliki kebutuhan dana yang besar untuk pembangunan infrastruktur.
Tony mengatakan, secara normatif defisit yang terjaga maksimal 3 persen. Jika terlewati, maka akan berdampak buruk pada perekonomian suatu negara.
"Ekonom di seluruh dunia punya rumus defisit yang sustain, yang aman maksimal 3 persen terhadap PDB. Kalau dilanggar terjadi komplikasi," kata dia di Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Baca Juga
Dia mencontohkan, Brazil sendiri akhirnya terjebak dalam krisis karena defisit anggarannya mencapai 10 persen. Hal itu disebabkan oleh pengaturan anggaran yang tidak disiplin.
Begitu pula dengan Yunani. Yunani defisitnya mencapai 17 persen karena tidak mengelola anggaran negara dengan baik. "(Yunani) APBN mengongkosi BPJS, kalau di luar negeri social security terlalu banyak. APBN jebol minus 17 persen. Krisis Yunani," jelas dia.
Oleh karena itu, dia memberikan apresiasi kinerja Sri Mulyani karena displin dalam mengatur anggaran.
"Bu Sri Mulyani rasanya orang yang melihat bargaining position yang kuat, berani mengatakan 'no' pada presiden. Kalau presiden terlalu antusias untuk belanja, infrastruktur, BPJS, macam-macam," ujar dia.
Advertisement