Menteri ESDM: Pemerintah Bikin Aturan untuk Kepentingan Nasional

Menteri ESDM Ignasius Jonan berharap pengusaha tambang dapat melakukan efisiensi biaya saat harga komoditas seperti batu bara belum baik.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 20 Des 2016, 20:42 WIB
Diterbitkan 20 Des 2016, 20:42 WIB
Menteri ESDM Ignasius Jonan
Menteri ESDM Ignasius Jonan berharap pengusaha tambang dapat melakukan efisiensi biaya saat harga komoditas seperti batu bara belum baik.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan meminta pengusaha tambang untuk melakukan efisiensi biaya-biaya operasional saat harga komoditas, seperti batu bara belum membaik.

Lantaran pemerintah akan menolong dari sisi aturan apabila menyangkut kepentingan nasional, bukan karena segelintir pengusaha.

"Harga komoditas pertambangan baik yang mentah atau yang sudah diolah itu ditentukan harga pasar internasional. Tikdak bisa kita tentukan sendiri," kata Jonan saat ditemui di Hotel Pullman, Jakarta, Selasa (20/12/2016).

Di tengah situasi penurunan harga komoditas tambang, Jonan menyarankan agar pengusaha dapat mengencangkan ikat pinggang, efisiensi biaya operasional atau biaya lainnya untuk mampu bersaing. Pemerintah, Ia menuturkan akan membantu dengan melihat kepentingan nasional.

"Kalau pemerintah diminta bantu membuat aturan dan menguntungkan kepentingan nasional, kita bantu. Tapi kalau saya disuruh bikin aturan hanya untuk menguntungkan perusahaan Bapak/Ibu (pengusaha tambang), saya tidak mau. Wong kalau Bapak untung, saya tidak minta kok," jelas Mantan Menteri Perhubungan itu.

Di sisi lain, saat menghadiri forum negara-negara anggota OPEC atau eksportir minyak dan gas (migas) ‎di Wina, Jonan mengaku, telah menggelar pertemuan bilateral dengan Menteri Energi dari Uni Emirate Arab (UEA).  

Jonan menambahkan, Menteri Energi tersebut mengatakan telah membangun pembangkit listrik tenaga surya 150 MW dengan tarif 2,99 sen dolar Amerika Serikat (AS) per Kwh. Kemudian membangun lagi kapasitas 200 MW seharga 4,42 sen dolar AS per Kwh.

"Lalu UEA sedang mempersiapkan lagi pembangunan PLTS 5.000 MW dengan tarif rencananya 2,4 sen dolar AS per Kwh. Sementara di Indonesia listrik dari PLTS dijual di atas 10 sen dolar AS per Kwh. Menteri Energi UEA tanya kok harganya beda, apa matahari ‎di UEA dan Indonesia beda," ucap Jonan tertawa.

Ignasius Jonan menuturkan, ini adalah peringatan buat dirinya. Dia beralasan negara UEA yang kaya akan minyak saja masih mau membangun pembangkit listrik tenaga matahari, padahal lifting minyak di UEA mencapai 3 juta barel per hari, sedangkan konsumsinya tidak sampai 150 ribu barel per hari.

"Sedangkan kita kebalik, lifting minyak cuma 820 ribu barel per hari tapi konsumsinya 1,6 juta barel per hari. Makanya ini wake up call buat saya. Di Januari 2017 saya akan mewakili Presiden, mereka tawarkan kalau mau bilang bagaimana caranya tarif listrik dari PLTS cuma 2,99 sen dolar AS‎," ujar Mantan Direktur Utama PT KAI (Persero) itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya