Harga Emas Melonjak Tersengat Pernyataan Donald Trump

Pernyataan Donald Trump memicu ketidakpastian di pasar mendukung harga emas.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Jan 2017, 06:45 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2017, 06:45 WIB

Liputan6.com, New York - Harga emas reli ke level tertinggi dalam tujuh minggu. Pernyataan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menopang harga emas mengingat ketidakpastian di pasar keuangan. Sentimen itu menyebabkan dolar AS tertekan.

Harga emas untuk pengiriman Februari naik US$ 11,10 atau 0,9 persen menjadi US$ 1.196 per ounce. Harga emas bergerak ke level tertinggi sejak 22 November. Harga emas bergerak di kisaran US$ 1.177-US$ 1.198.

"Konferensi press Donald Trump menandakan seuatu dengan gaya hiperbola yang tidak dapat diprediksi itu membawa volatilitas ke pasar. Harga emas akan bereaksi positif seiring ketidakpastian yang diciptakan Trump namun momen tertentu," ujar Brien Lundin, Editor Gold Newsletter, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (12/1/2017).

Selain itu, indeks dolar AS turun 0,4 persen ke level 101,57 terhadap enam mata uang utama. Indeks dolar AS sempat ke level tertinggi di 103. Pergerakan harga emas ini dipengaruhi dolar AS. Pelaku pasar mengantisipasi kebijakan fiskal Trump yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi telah membuat dolar AS menguat lima persen.

Namun, pada konferensi pertama Donald Trump tidak membuat orang berkesan. Bahkan cenderung takut dan khawatir terhadap gejolak di bulan dan tahun mendatang. "Ini berarti memiliki dampak positif terhadap aset yang tahan risiko seperti emas," kata Nico Pantelis, kepala riset Secular Investor.

Dalam konferensi persnya, Donald Trump membantah kalau Rusia telah memerasnya. Mark O'Bryne, Direktur riset GoldCore melihat ketidakpastian politik berlanjut di AS. Ini bukan pertanda baik untuk empat tahun ke depan karena berkontribusi terhadap ketidakpastian geopolitik yang tinggi.Bila berlanjut maka bisa berdampak ke pasar.

"Ini mengakibatkan pelemahan di pasar saham AS dan peluang di emas," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya