Jurus Pemerintah Optimalkan Produksi Gas Batubara

Kurun 20 tahun pengembangan‎ CBM, belum ditemukan wilayah kerja yang dapat memproduksi CBM skala besar.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Nov 2017, 17:15 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2017, 17:15 WIB
Tambang batu bara di Kalimantan (Foto: Saeroni Liputan6.com)
Tambang batu bara di Kalimantan (Foto: Saeroni Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyiapkan ‎aturan untuk mendorong keberhasilan pengembangan gas batubara (Coal Bed Methane/CBM). Hingga kini, produksi sumber daya tersebut belum optimal.

Direktur Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan, kurun 20 tahun pengembangan‎ CBM, belum ditemukan wilayah kerja yang dapat memproduksi CBM skala besar.

‎"Kalau kita lihat sejarahnya, sudah hampir 20 tahun yang nyata, kita produksi 1 MMSCFD belum ada," kata dia di Jakarta, Rabu (22/11/2017).

Menurut Ego, kondisi tersebut disebabkan kandungan CBM di Indonesia berbeda dengan negara lain seperti di Australia. Sebab itu, upaya mendorong pengembangan CBM, Kementerian ESDM akan melakukan kajian lebih detail.

"Di kita ini, CBM kecil sekali beda sama Australia. Kita akan review lebih detail, kita belum menemukan lapangan CBM skala prospek untuk dikembangkan, seperti konvensional gas," tutur dia.

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien ‎Sunaryadi mengaku jika lembaganya telah melakukan diskusi dengan operator yang telah berhasil memproduksi CBM.

Dari diskusi tersebut SKK Migas mendapat masukan, untuk meningkatkan pengembangan CBM operator, perlu diberikan keleluasaan berupa pengalihan pengelolaan wilayah kerja CBM lainnya jika wilayah kerja awal produksinya tidak optimal.‎

"Atas usulan kontraktor ini Pak Menteri memerintahkan Pak Wamen menyiapkan permen pengalihan," dia menandaskan.

Tonton Video Pilihan Ini:

 

Alasan RI Belum Akan Impor Gas pada 2019

Pemerintah menyatakan, impor gas tidak akan dilakukan pada 2019. Itu dilakukan lantaran pasokan gas Indonesia akan bertambah seiring dengan berproduksinya sumur di dalam negeri.

‎Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, ada kemungkinan gas yang tidak terserap dengan berproduksinya beberapa sumur gas di dalam negeri sehingga diperkirakan tidak akan mengimpor gas pada 2019.

‎"Estimasi kita mungkin tidak akan impor gas 2019 karena kita punya uncommited untuk PLN. Ketika masela mulai, kita punya uncommitted lebih banyak lagi," kata Arcandra, dalam sebuah diskusi di Hotel Shangrila, Jakarta, Selasa (21/11/2017).

‎Proyek yang akan menambah pasokan gas dari dalam negeri adalah lapangan Blok A Aceh dengan cadangan gas 563 BSCF rencananya akan berproduki pada kuartal 4 2017.

Lapangan Jangkrik, dengan cadangan gas mencapai 2,27 Triliun Cubic Feet (TCF), telah berproduksi pada kuarta ke 3 2017 sebesar 450-600 juta kaki kubik per hari (million metric standard cubic feet per day/MMSCFD).

Lapngan‎ Jambaran Tiung Biru, dengan cadangan 2,5 TCF, rencananya berproduksi pada 2020 sebanyak 127 MMCFD. Lapangan East Natuna, dengan cadangan gas 46 TCF. Lapangan Madura, telah berproduksi pada kuarta 1 2017 sebesar 110 MMSCFD. Indonesian Deep Water Development (IDD) telah memproduksi gas sebeasr 110 MMSCFD dengan cadangan gas 100,41 BSCF.

‎Masela dengan cadangan gas 10.73 TCF, Tangguh Train 3 akan berproduksi pada kuartal II 2020, sebesar 700 MMSCFD, dan Wasambo, berproduksi pada kuartal I2017 sebesar 70 MMSCFD.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya