Neraca Dagang Juli 2018 Bakal Defisit USD 481 Juta

Neraca dagang Juli diprediksi defisit didorong dari impor bahan baku dan barang modal.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Agu 2018, 10:23 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2018, 10:23 WIB
Capai USD 15,09 Miliar, Ekspor Oktober Meningkat
Dua orang petugas menunggu bongkar muat di Jakarta International Contener Terminal (JICT),Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11). Nilai tersebut mengalami kenaikan 3,62% dibanding bulan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Neraca perdagangan Juli 2018 diprediksi defisit USD 481 juta. Hal itu didorong impor masih tinggi terutama bahan baku dan barang modal.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua prediksi, impor kembali normal pada Juli 2018 namun masih ada efek dari transaksi perdagangan Juni 2018.

Aktivitas ekspor dan impor cenderung turun pada Juni 2018. Ekspor turun 19,80 persen atau USD 13 miliar pada Juni 2018 dibanding ekspor Mei 2018. Sedangkan impor turun 36,27 persen atau USD 11,25 miliar pada Juni 2018 dibandingkan Mei.

Akan tetapi, Josua menilai impor tumbuh lebih cepat karena ekspor dari sejumlah negara antara lain Eropa, Amerika Serikat dan China cenderung turun ditunjukkan dari aktivitas manufaktur. Demikian juga data manufaktur Indonesia.

"Juli ekspor sisa bulan lalu. Impor kembali normal. Diperkirakan defisit neraca perdagangan USD 481 juta. Pertumbuhan impor lebih cepat," kata Josua saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (15/8/2018).

Ia menuturkan, impor Juli 2018 akan didominasi dari bahan baku dan barang modal. Sedangkan barang konsumsi sudah turun. Hal ini mengingat faktor musiman antara lain Ramadan dan Lebaran sudah selesai. "Faktor musiman sudah habis. Sebelumnya relatif tinggi (impor) sehingga tercatat defisit," kata dia.

 

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Neraca Dagang RI Surplus USD 1,74 Miliar pada Juni 2018

Capai USD 15,09 Miliar, Ekspor Oktober Meningkat
Petugas melakukan bongkar muat di Jakarta International Contener Terminal (JICT),Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11). Nilai tersebut mengalami kenaikan 3,62% dibanding bulan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI sepanjang Juni 2018 mengalami surplus sebesar USD 1,74 miliar. Sebelumnya neraca perdagangan RI mengalami defisit sebesar USD 1,52 miliar  pada Mei 2018.

"Surplus ini berasal dari surplus non-migas USD 2,14 milliar. Tapi terkoreksi defisit oleh migas terutama hasil minyak. Neraca perdagangan Juni surplus cukup lumayan. Diharapkan neraca perdagangan akan surplus pada bulan-bulan berikutnya," kata Kepala BPS , Suhariyanto di Kantornya, Senin 16 Juli 2018.

Sementara itu, posisi ekspor Indonesia pada Juni 2018, BPS mencatat sebesar USD 13,00 miliar atau turun 19,80 persen dari posisi Mei 2018 yang sebesar USD 16,12 miliar.

"Apabila dibandingkan dengan Juni 2017 maka terjadi kenaikan ekspor sebesar 11,47 persen dari sebesar 11,66 miliar," ujar dia. 

Sementara dari sisi impor, pada Juni 2018 tercatat sebesar USD 11,26 miliar atau turun 36,27 persen dari posisi Mei 2018 sebesar USD 17,64 miliar. Bila dibandingkan dengan impor Juni 2017 tercatat naik sebesar 12,66 persen dari sebesar USD 9,99 miliar. 

Neraca perdagangan Juni 2018 baik impor maupun ekspor menurun. Ini karena siklus Lebaran. Adanya libur panjang sehingga berkurangnya kegiatan ekonomi.  

"Penurunan ekspor di Juni 2018 yang berketepatan dengan Lebaran ini hal biasa yang terjadi. Ada libur panang jadi penurunan kegiatan ekonomi. Penurunan impor di bulan Lebaran juga sesuatu yang biasa, karena terjadi di tahun-tahun sebelumnya,” ujar dia.

"Juni 2018 penurunan impor jauh lebih tajam dibanding periode tahun-tahun sebelumnya. Diharapkan supaya ke depan bisa lebih turun," tambah dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya