Kementerian ESDM Rilis Buku Neraca Gas Bumi Indonesia 2018-2027

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan Buku Neraca Gas Bumi Indonesia (NGI) Tahun 2018-2027.

oleh Merdeka.com diperbarui 01 Okt 2018, 17:24 WIB
Diterbitkan 01 Okt 2018, 17:24 WIB
(Foto: Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)
Kementerian ESDM luncurkan buku negara gas bumi Indonesia (Foto:Merdeka.com/Dwi Aditya Putra)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) meluncurkan Buku Neraca Gas Bumi Indonesia (NGI) Tahun 2018-2027.

Buku ini menjadi data informasi terkait gas bumi Indonesia yang akan menjadi rujukan oleh para investor, badan usaha dan Kementerian serta Lembaga.

Wakil Menteri ESDM, Arcanda Tahar, menyampaikan pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan pemanfaatan sumber energi domestik di antaranya gas bumi yang memiliki cadangan terbukti sekitar 100 Triliun Standar Cubic Feet (TCF) sebagai energi bersih dan ramah lingkungan.

Hal tersebut menurut dia, sejalan dengan Nawacita Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tahun 2014-2019 yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik yang juga dituangkan dalam beberapa paket kebijakan ekonomi. 

Arcanda menuturkan, pada 2017, pemanfaatan gas bumi untuk domestik sudah sebesar 59 persen atau lebih besar dari ekspor yang sebesar 41 persen.

Pemanfaatan gas bumi domestik tersebut meliputi sektor industri sebesar 23,18 persen, sektor kelistrikan sebesar 14,09 persen, sektor pupuk sebesar 10,64 persen, Lifting Migas sebesar 2,73 persen, LNG Domestik sebesar 5,64 persen, LPG domestik sebesar 2,17 persen dan 0,15 persen untuk Program Pemerintah berupa Jargas Rumah Tangga dan SPBG.

Sedangkan ekspor gas pipa sebesar 12,04 persen dan LNG Ekspor 29,37 persen. Perubahan signifikan pada NGI 2018-2027 dengan NGI sebelumnya, yaitu pada metodologi proyeksi kebutuhan gas.

Pada NGI sebelumnya, kata Arcanda metodologi proyeksi kebutuhan gas digabung antara kebutuhan gas  bumi yang sudah kontrak dengan kebutuhan gas yang masih potensial. 

"Sedangkan pada NGI 2018-2027 proyeksi kebutuhan gas dibagi menjadi 3 skenario utama. Adapun angka 1,1 persen merupakan proyeksi pertumbuhan industri dan angka 5,5 persen merupakan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang digunakan sebagai acuan dalam proyeksi kebutuhan gas ke depan," ujar Arcanda di Kantornya, Senin (1/10/2018).

 

* Liputan6.com yang menjadi bagian KapanLagi Youniverse (KLY) mengajak Anda untuk peduli korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala. Yuk bantu Sulawesi Tengah bangkit melalui donasi di bawah ini.

 

 

Semoga dukungan Anda dapat meringankan beban saudara-saudara kita akibat gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah dan menjadi berkah di kemudian hari kelak.

Tiga Skenario Kebutuhan Gas Bumi ke Depan

Gas Bumi
Ilustrasi Foto Gas Bumi (iStockphoto)

Dengan memperhitungkan seluruh potensi pasokan gas bumi Indonesia dan memperhatikan tiga skenario kebutuhan gas bumi ke depan, skenario pasokan dan kebutuhan gas bumi dalam NGI Tahun 2018-2027 Pertama, yakni Neraca Gas Nasional diproyeksikan mengalami surplus gas pada 2018-2027.

Hal tersebut karena perhitungan proyeksi kebutuhan gas mengacu pada realisasi pemanfaatan gas bumi serta tidak diperpanjangnya kontrak-kontrak ekspor gas pipa/LNG untuk jangka panjang.

Kemudian kedua, Neraca Gas Nasional diproyeksikan tetap surplus pada 2018-2024. Sedangkan pada 2025-2027 terdapat potensi kebutuhan gas lebih besar daripada pasokan. Namun, hal tersebut belum mempertimbangkan adanya potensi pasokan gas dari penemuan cadangan baru dan kontrak gas di masa mendatang seperti blok Masela dan blok East Natuna. 

"Proyeksi kebutuhan gas pada skenario II, menggunakan asumsi: Pemanfaatan gas dari kontrak eksisting terealisasi 100 persen, Pemanfaatan gas untuk sektor kelistrikan sesuai dengan RUPTL 2018-2027, Asumsi pertumbuhan gas bumi sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yaitu 5,5 persen untuk sektor Industri Retail, Pelaksanaan Refinery Development Master Plan (RDMP) sesuai jadwal, pelaksanaan pembangunan pabrik-pabrik baru petrokimia dan pupuk sesuai jadwal," kata Arcanda.

Selanjutnya ketiga, Neraca Gas Nasional diproyeksikan surplus gas dari tahun 2019-2024. Sedangkan 2018 tetap mencukupi sesuai realisasi dan rencana tahun berjalan.

Sementara pada 2025-2027, sebagaimana skenario kedua terdapat potensi di mana kebutuhan gas lebih besar daripada pasokan. Namun, hal tersebut belum mempertimbangkan adanya potensi pasokan gas dari penemuan cadangan baru dan kontrak gas di masa mendatang seperti blok Masela dan blok East Natuna. 

"Proyeksi kebutuhan gas pada skenario III menggunakan asumsi pemanfaatan gas dari kontrak eksisting terealisasi 100 persen, pemanfaatan gas untuk sektor kelistrikan sesuai dengan RUPTL 2018-2027, sektor industri retail memanfaatkan gas pada maksimum kapasitas pabrik serta penambahan demand dari pertumbuhan ekonomi dengan asumsi 5,5 persen, pelaksanaan RDMP sesuai jadwal, pelaksanaan pembangunan pabrik-pabrik baru petrokimia dan pupuk sesuai jadwal," tutur dia.

Dengan diluncurkannya buku ini, Arcanda berharap dapat menjadi acuan bagi investor dan calon investor, Badan Usaha Kementerian/Lembaga serta Akademisi yang bertujuan mendukung dan menciptakan tata kelola gas bumi Indonesia yang kokoh.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya