Rupiah Kembali Melemah ke 15.267 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.223 per dolar AS hingga 15.267 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 11 Okt 2018, 12:18 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2018, 12:18 WIB
Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Petugas bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) masih belum beranjak dari level Rp 13.500-an per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Sempat menguat sehari, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada perdagangan Kamis ini. Dolar AS sebenarnya melemah terhadap beberapa mata uang di dunia. 

Mengutip Bloomberg, Kamis (11/10/2018), rupiah dibuka di angka 15.223 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.200 per dolar AS. Menjelang siang, rupiah semakin tertekan ke 15.266 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 15.223 per dolar AS hingga 15.267 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 12,62 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.253 per dolar AS. Patokan pada hari ini melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.215 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail mengatakan, dolar AS sebenarnya cenderung bergerak melemah terhadap sejumlah mata uang dunia didorong data ekonomi Amerika Serikat yang menurun.

"Data indeks harga jual di level produsen atau Produce Price Index (PPI) di AS pada September sebesar 2,6 persen (yoy) dari sebelumnya 2,8 persen," paparnya dikutip dari Antara.

Ia menambahkan turunnya data PPI itu mendorong penurunan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun sebesar tujuh basis poin (bps) ke level 3,16 persen.

"Penurunan imbal hasil obligasi AS itu dapat mendorong arus masuk ke pasar obligasi Indonesia dan mendorong penguatan rupiah setelah dalam beberapa hari terakhir mengalami tekanan," katanya.

Kepala riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, stabilitas ekonomi Indonesia cukup terjaga seharusnya bisa mendorong penguatan rupiah.

Selain itu, pernyataan dari Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde yang menilai kondisi ekonomi indonesia dalam keadaan baik seharusnya bisa mendorong penguatan rupiah.

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kata Ekonom IMF soal Rupiah Melemah terhadap Dolar AS

Nilai tukar Rupiah
Seorang nasabah memasuki tempat penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (5/9). Nilai tukar Rupiah di pasar spot menguat tipis 0,06 persen ke Rp 14.926 per dollar Amerika. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Sebelumnya, Ekonom International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional menilai nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) jangan dipandang pesismistis. Hal ini mengingat pelemahan rupiah juga dipengaruhi sentimen eksternal.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah ke posisi terendah dalam dua dekade. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke posisi 15.233 pada 9 Oktober 2018.

Namun, Ekonom IMF Maurice Obstfeld menuturkan, sangat penting untuk disadari kalau pengetatan kebijakan moneter secara bertahap di AS, kawasan Euro dan pengetatan kondisi keuangan secara umum yang dihadapi pasar baru di seluruh dunia merupakan hal umum. 

"Masalah yang dihadapi dengan mempertimbangkan perkembangan global, adalah benar-benar kekuatan dolar AS,” ujar Obstfeld pada pertemuan IMF-World Bank, seperti dikutip dari laman Straits Times, Selasa (9/10/2018).

"Salah satu cara mengukur ini adalah mencatat meski rupiah tahun ini telah terdepresiasi terhadap dolar AS sekitar 10 persen. Kalau dengan mitra dagangnya hanya 4 persen,” tambah dia.

Ia pun tak ingin melebih-lebihkan hal tersebut. Ia menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan kisah sukses yang nyata. Hal ini di tengah kegelisahan rupiah melemah terhadap dolar AS.

Meski faktor kondisi keuangan global yang lebih ketat, dibayangi perang dagang AS-China, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan cukup kuat.

IMF juga menilai, pendapatan penduduk telah meningkat. Obstfeld menuturkan, pemerintah harus memanfaatkan momen ini untuk lebih meningkatkan kesejahteraan warganya.

"Untuk negara-negara di tingkat pendapatan Indonesia, kita harus berpikir kalau mungkin ada tingkat pendapatan tunai lebih tinggi yang akan memungkinkan investasi dalam sistem pendidikan, bidang infrastruktur, jaringan pengaman sosial yang semuanya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat," kata dia.

Ia menyarankan agar Indonesia dapat meningkatkan kemampuan tenaga kerja dan berjuang melawan ketidaksetaraan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya