LIPI: BI Tak akan Dongkrak Suku Bunga Acuan

Pelama pemerintah dan BI yakin fundametal ekonomi Indonesia kuat. Maka kebijakan yang lebih tepat adalah adalah mendorong adanya arus modal asing masuk.

oleh Merdeka.com diperbarui 20 Des 2018, 13:51 WIB
Diterbitkan 20 Des 2018, 13:51 WIB
Rapat Dewan Gubernur BI Memutuskan Naikkan Suku Bunga Acuan
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Wardjio (tengah) saat jumpa pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Kamis (27/9). RDG BI memutuskan menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - The Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan untuk keempat kali tahun ini. Kali ini, suku bunga the Fed naik sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 2,25 persen-2,5 persen.

The Fed juga akan sedikit menaikkan suku bunga pada 2019 mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan dan melambatnya pertumbuhan global.

Kepala Pusat Lembaga Ilmu Pengetahuan Ekonomi (LIPI), Agus Eko Nugroho, mengatakan meski Bank Sentral Amerika Serikat (AS) telah menaikan suku bunga acuaan, namun Bank Indonesia diprediksi akan menahan suku bunga acuan.

"Saya yakin tidak (menaikkan suku bunga), Bank Indonesia akan menahan suku bunga. Menaikkan suku bunga itu pilihan terakhir jika ada tekanan tinggi," kata Agus saat ditemui di Jakarta, Kamis (20/12/2018).

Agus mengatakan, selama pemerintah dan bank sentral meyakini bahwa fundametal ekonomi Indonesia kuat. Maka kebijakan yang lebih tepat adalah adalah mendorong adanya arus modal asing masuk atau capital inflow, bukan menaikan bunga acuan.

Di samping itu, untuk mendorong arus modal ke Indonesia, juga iperlukan berbagai insentif dan kebijakan yang menjawab kebutuhan investor. Selain itu, pemerintah tentunya harus konsisten dalam merealisasikan insentif dan kebijakan tersebut.

"Saya lebih kepada insentif kepada investasi sehingga investasi terjadi. Untuk counter pendapatan primer kita," katanya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

The Fed Dongkrak Suku Bunga Acuan

Suku Bunga
Ilustrasi Foto Suku Bunga (iStockphoto)

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga usai gelar pertemuan yang berakhir pada Rabu waktu setempat.

Dalam pertemuan itu juga memberikan sinyal, the Fed akan sedikit menaikkan suku bunga pada 2019 mempertimbangkan volatilitas pasar keuangan dan melambatnya pertumbuhan global.

Bank sentral menyatakan ekonomi AS telah tumbuh pada tingkat yang kuat dan pasar tenaga kerja terus membaik. Bank sentral mencatat beberapa kenaikan suku bunga secara bertahap akan diperlukan dan perubahan kenaikan suku bunga sedang dipersiapkan untuk menghentikan kenaikan biaya pinjaman.

The Fed juga menyatakan risiko terhadap ekonomi kurang seimbang tetapi akan terus memantau perkembangan ekonomi dan keuangan global, serta menilai implikasinya terhadap prospek ekonomi. 

The Fed menaikkan suku bunga keempat kalinya pada 2018. Kenaikan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi 2,25 persen-2,50 persen. Keputusan menaikkan suku bunga itu tersebut akan membuat marah Presiden AS Donald Trump yang telah berulang kali menyerang soal pengetatan kebijakan moneter bank sentral AS yang merusak ekonomi AS.

Sedangkan the Fed menaikkan suku bunga untuk mengurangi dorongan yang diberikan kebijakan moneter terhadap ekonomi yang tumbuh lebih cepat dari apa yang dilihat oleh pembuat kebijakan bank sentral.

Akan tetapi, ada kekhawatiran ekonomi dapat bergejolak pada 2019 sehingga dorongan fiskal dari pengeluaran pemerintahan Trump dan paket pemotongan pajak USD 1,5 triliun memudar dan ekonomi global melambat.

The Fed juga membuat penyesuaian teknis yang diharapkan secara luas meningkatkan pembayaran cadangan kelebihan bank hanya 20 basis poin. Ini untuk memberikan kontrol lebih baik atas tingkat kebijakan suku bunga dan mempertahankannya dalam kisaran yang ditargetkan.

Bursa saham Amerika Serikat pun merosot ke posisi terendah usai pernyataan the Federal Reserve. Harga obligasi reli mendorong imbal hasil surat berharga AS bertenor 10 tahun di bawah 2,8 persen, dan ke level terendah sejak akhir Mei.

Dolar AS melemah sebelum keputusan the Fed, memperoleh katalis positif terhadap sebagian besar mata uang utama.

"Saya pikir pasar mencari lebih banyak untuk jeda. Ini tidak terlalu dovish seperti yang diharapkan,” tutur Jamie Cox, Managing Partner Harris Financial Group, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (20/12/2018).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya