Pengetatan Pasokan Dorong Harga Minyak Naik 1 Persen

Harga minyak telah terangkat lebih dari 30 persen tahun ini oleh pengurangan pasokan yang dipimpin OPEC.

oleh Nurmayanti diperbarui 13 Apr 2019, 06:34 WIB
Diterbitkan 13 Apr 2019, 06:34 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia naik 1 persen dipicu pemangkasan pasokan secara sukarela dari Venezuela dan Iran ditambah konflik di Libya, yang mendukung persepsi tentang akan terjadinya pengetatan di pasar minyak mentah.

Di sisi lain, data ekonomi China yang optimis meredakan kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan minyak mentah.

Melansir laman Reuters, Sabtu (13/4/2019), harga minyak mentah berjangka Brent naik 72 sen, atau 1,02 persen, menjadi USD 71,55 per barel. Adapun minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS mengakhiri sesi naik 31 sen, atau 0,5 persen, menjadi USD 63,89 per barel.

Kedua tolok ukur itu mencatat kenaikan mingguan sekitar 1 persen, yang merupakan kenaikan ketiga berturut-turut pada Brent dan kenaikan keenam beruntun untuk WTI.

Pasar minyak juga mengikuti pasar saham global yang lebih tinggi setelah JPMorgan Chase & Co melaporkan kinerja pendapatannya.

Indeks Dolar Amerika Serikat (AS) merosot ke level terendah terhadap euro dalam lebih dari dua minggu, membuat harga minyak mentah lebih murah untuk pembeli non-AS.

"Ekuitas memulai awal yang baik dengan musim pendapatan dan indeks dolar yang melemah membantu menegaskan kembali kepercayaan di pasar minyak," kata Phil Streible, Ahli Strategi Komoditas Senior di RJO Futures di Chicago.

Harga minyak telah terangkat lebih dari 30 persen tahun ini oleh pengurangan pasokan yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sanksi AS terhadap eksportir minyak Iran dan Venezuela. Juga ditambah meningkatnya konflik di Libya.

"Demonstrasi yang diinfuskan secara geopolitik dapat menembak harga ke arah atau bahkan melampaui USD 80 per barel untuk periode musim panas ini," kata RBC Capital Markets dalam sebuah catatan.

Kepala Perusahaan Minyak Nasional Libya pada hari Jumat memperingatkan bahwa pertempuran baru dapat menghapus produksi minyak mentah di negara itu.

Pemboman dengan pesawat perang terjadi pada hari Jumat di dekat pabrik minyak dan gas Mellitah, yang dioperasikan bersama oleh ENI Italia dan perusahaan minyak negara Libya NOC, menurut sumber.

 

Pertemuan OPEC

Ilustrasi Harga Minyak Naik
Ilustrasi Harga Minyak Naik (Liputan6.com/Sangaji)

OPEC dan sekutunya rencananya akan bertemu pada bulan Juni. Pertemuan untuk memutuskan apakah akan terus menahan pasokan.

Meskipun pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, dianggap tertarik untuk terus memotong pasokan. Kondisi ini dapat meningkatkan produksi mulai Juli jika gangguan berlanjut di tempat lain.

Pemotongan pasokan kelompok produsen sebagian besar ditujukan untuk mengimbangi rekor produksi minyak mentah di Amerika Serikat.

Di sisi permintaan, data China menunjukkan terjadi kenaikan ekspor pada bulan lalu, mendorong imbal hasil obligasi AS dan zona euro ke level tertinggi dalam tiga minggu.

Ini juga membantu mengimbangi impor yang lebih lemah dan laporan pemotongan lain dalam perkiraan pertumbuhan Jerman.

"Sementara kekhawatiran makro tentang kondisi ekonomi mungkin berlebihan, risiko konsentrasi permintaan minyak global (di Asia) tetap di bawah apresiasi," kata RBC Capital Markets.

Harga Minyak Kemarin

Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

 Harga minyak mentah dunia turun setelah OPEC dikabarkan berpeluang kembali meningkatkan output mulai Juli, jika pasokan Venezuela dan Iran jatuh lebih jauh dan harga terus melaju

Melansir laman Reuters, Jumat (12/4/2019), kenaikan stok minyak mentah AS membawa harga minyak mentah AS turun lebih dari USD 1 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun USD 1,03 menjadi USD 63,58 per barel.

Adapun patokan minyak global, Brent ditutup menjadi USD 70,83 per barel, turun 90 sen.

 

 
 "Sekarang ada saran bahwa OPEC dapat mengambil langkah mengejutkan dengan meningkatkan produksi secara pre-emptive jika kami mendapatkan lonjakan harga," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dapat meningkatkan produksi minyak mulai Juli jika pasokan Venezuela dan Iran turun lebih jauh dan harga terus menguat.

Ini memperpanjang pengurangan produksi dengan Rusia dan sekutu lainnya yang dapat memperketat pasar, sumber yang akrab dengan masalah tersebut.

Produksi minyak mentah Venezuela telah turun di bawah 1 juta barel per hari (bph) akibat sanksi AS, menurut data Badan Energi Internasional.

Pasokan Iran bisa jatuh lebih jauh setelah Mei Washington memperketat sanksi terhadap Teheran.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya