Rizal Ramli: 24 Persen Perusahaan di BEI itu Zombie Company

Rizal Ramli menyebut ada 24 perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), tapi kinerjanya masih terpuruk

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Agu 2019, 15:15 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2019, 15:15 WIB
Rizal Ramli
Ekonom senior Rizal Ramli menyampaikan kritikan kepada Capres Nomor Urut 01 mengenai pidatonya kemarin di kawasan Tebet, Jakarta, Senin (25/2). Pidato Jokowi dianggap Rizal mengandung data yang tidak sesuai dan bahkan hoaks. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Mantan Menteri Keuangan Rizal Ramli mengatakan 24 persen perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) termasuk 'Zombie Company'.

Zombie Company adalah perusahaan yang masih berjalan, tetapi tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk menutup utang.

"Hari ini Zombie Company menurut Nikei (lembaga survei indeks) itu ada 24 persen, nyaris seperlima perusahaan yang listing," ujar Rizal saat memberikan paparan dalam sebuah diskusi di Kawasan Tebet, Jakarta, Senin (12/8/2019).

Rizal mengatakan, perusahaan-perusahaan tersebut banyak yang melakukan pembiayaan kembali atau refinancing melalui utang untuk menjalankan operasional perusahaan. Jika berlangsung dalam jangka panjang, tak menutup kemungkinan bisa membuat perusahaan gagal dalam pembiayaan.

"Nikei menggunakan istilah Zombie Company, perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa yang pembayaran bunga utangnya tidak bisa ditutup dari profit. Itu namanya perusahaan zombie," jelasnya.

"Jadi perusahaan yang buat bayar bunganya saja harusnya dari keuntungan bisa nutup, ternyata kagak. Nah perusahaan ini hanya survive dengan refinancing terus-menerus, ya kan restruktur lagi utangnya, cari utang baru buat nutupin utang lama," ujar Rizal Ramli.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bisa Menjadi Pemicu Krisis

Ekspresi Rizal Ramli Saat Penuhi Panggilan KPK
Mantan Menko Ekuin sekaligus Ketua KKSK periode 2000-2001, Rizal Ramli menunggu di lobi gedung KPK, Jakarta, Jumat(11/07/2019). Rizal Ramli diperiksa sebagai saksi terkait dugaan korupsi penerbitan SKL Bantuan Likuiditas Bank Indonesia ( BLBI). (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman tersebut menambahkan jika kondisi ekonomi makro tidak membaik, zombie company ini akan menjadi masalah besar yang bisa menyebabkan krisis ekonomi.

"Kalau makro ekonominya mendukung, pertumbuhan ekonomi 6 sampai 8 persen ini tidak kejadian, bisul-bisul ini tidak akan meledak. Tapi karena makro ekonominya juga anjlok ke 4,5 persen macam-macam akhirnya bisulnya mulai kelihatan semua dan kalau meledak terjadilah krisis yang sesungguhnya," ucapnya.

Rizal Ramli Ramal Ekonomi Indonesia Cuma Tumbuh 4,5 Persen di 2019

Ekspresi Rizal Ramli Saat Penuhi Panggilan KPK
Mantan Menko Ekuin sekaligus Ketua KKSK periode 2000-2001, Rizal Ramli tiba memenuhi panggilan penyidik di Gedung KPK, Jakarta, Jumat(11/07/2019). Rizal Ramli diperiksa sebagai saksi untuk tersangka Sjamsul Nursalim. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Ekonom senior Rizal Ramli meramal pertumbuhan [ekonomi Indonesia](bisnis "") tahun ini di kisaran angka 4,5 Persen. Prediksi tersebut dengan mempertimbangkan seluruh faktor ekonomi makro yang terus menurun dalam beberapa waktu terakhir.

"Kami ingin mengatakan bahwa ekonomi Indonesia akan nyungsep, paling hanya 4,5 persen. Karena sampai sekarang pun baru 5,05 persen," ujar Rizal Ramli di acara diskusi di Kawasan Tebet, Jakarta, Senin (12/9/2019).

Salah satu ekonomi makro yang terus menurun seperti current account defisit (CAD) merosot ke USD 8 miliar. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah jangan sampai kondisi ini membuat Indonesia harus mengalami krisis seperti 1997 dan 1998.

"Indikator makro menunjukkan makin merosot. Grafik CAD makin merosot sampai terakhir USD 8 miliar. PDB juga meningkat lumayan besar dan ini membahayakan. Dulu juga terjadi 1998 kayak gini. Cuman seperti biasa pejabat kita kepedean sibuk bantah-bantah," jelasnya.

Mantan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman tersebut menambahkan, pemerintah ke depan harus memperbaiki seluruh komponen ekonomi makro agar pertumbuhan semakin besar. Selain itu, dia juga meminta pemerintah tidak menjadikan ekonomi sebagai proyek.

"Saya ingin mengatakan bahwa ekonomi bukan proyek. Mohon maaf [ekonomi](bisnis "") bukan hanya itu, tapi indikator lain juga seperti daya beli, pekerjaan dan macam-macam. Kalau hanya proyek bisa jebol nanti," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya