Sektor Properti Lesu, Penjualan Produk Marmer Ikut Turun

Produk marmer dan batu alam ini banyak digunakan untuk perumahan atau unit properti lain seperti apartemen.

oleh Septian Deny diperbarui 21 Agu 2019, 13:38 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2019, 13:38 WIB
Ilustrasi Marmer
Ilustrasi marmer.

Liputan6.com, Jakarta - Penjualan produk marmer dan batu alam di dalam negeri mengalami penurunan di tahun ini. Penurunan tersebut merupakan imbas dari lesunya sektor properti.

Sebagaimana diketahui, produk marmer dan batu alam ini banyak digunakan untuk perumahan atau unit properti lain seperti apartemen. Oleh sebab itu, melambatnya pertumbuhan sektor properti juga turut dirasakan oleh industri marmer dan baru alam, salah satunya dirasakan oleh PT Fajar Gelora Inti atau yang dikenal dengan merek dagang Fagetti.

Presiden Direktur Faggeti, Ferdinand Gumanti mengatakan, imbas lesunnya industri properti ini penjualan marmer dan batu alam ini mengalami penurunan hingga 30 persen pada tahun ini.

“Presentase turun (penjualan) 30 persen tahun ini. Jadi sebenarnya properti lesu bisanya rumah tinggal stagnan. Investsor itu atau pemilik kerjannya agak slow, begitu slow dia ada waktu punya uang Faggeti bisanya. Begitu (penjualan) ritel naik properti (turun),” kata dia di Jakarta, Rabu (21/8/2019).

Ferdinand juga menjelaskan, turunnya penjualan ini merupakan siklus lima tahunan karena adannya pemilihan umum dan pemilihan presiden (pilpres). Begitu musim Pemilu dan Pilpres berakhir biasannya industri properti kembali rebound yang diikuti oleh indsutri lainnya termasuk marmer dan juga batu alam.

“Siklus lima tahun sekali selalu turun. Karena dengan tahun politik lihat perkembangannya. Tahun depan properti lagi ramai,” tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lakukan Inovasi

Pasar Keramik Nasional Mulai Meningkat
Pekerja tengah menata ubin di salah satu toko di Jakarta, Selasa (29/11). Jenis penutup lantai premium tersebut diproduksi secara terbatas dan memiliki pangsa pasar di kalangan atas. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk mendongkrak penjualan dan berdaya saing, Fagetti meluncurkan teknologi marmer terbaru di IndoBuildTech 2019 yang akan berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC)Senayan pada tanggal 21-25 Agustus 2019. Dengan teknologi yang dimiliki, Fagetti mampu mengubah tampilan marmer menjadi lebih artistik.

Beberapa kreasi marmer yang dapat dilakukan dengan teknologi Fagetti di antaranya adalah mengubah marmer menjadi tembus cahaya, menciptakan tekstur pada marmer polos menjadi garis-garis atau bergelombang, membentuk marmer dengan desain 3D serta menjadikanmarmer sebagai artwork.

"Marmer pada dasarnya memang sudah cantik, polanya sudah indah. Tapi dengan teknologiyang dimiliki, Fagetti bisa memberikan sesuatu yang lebih pada marmer," ungkap ChiefExecutive Officer (CEO) Fagetti Group, Helen Gumanti.

Salah satu teknologi baru yang dimiliki Fagetti adalah membuat marmer menjadi tembus cahaya. Helen mencontohkan, ada jenis batu alam yang bisa tembus cahaya, salah satunya onyx. Sedangkan marmer sejatinya adalah batu alam padat yang tidak bisa tembus cahaya.

Teknologi lain yang dimiliki Fagetti adalah kemampuan memotong marmer menjadi sangattipis hingga 3 milimeter. Marmer yang ditipiskan kemudian ditempelkan pada honeycombagar lebih kuat dan memudahkan instalasinya. Setelah ditipiskan marmer menjadi ringan sehingga bisa digunakan untuk material pintu, drawer, ceiling hingga lantai lift.

Dukungan Pemerintah ke Industri Keramik Nasional

Menperin Airlangga Hartarto
Menperin Airlangga Hartarto menyambangi sentra kerajinan perak Kotagede

Pemerintah menegaskan komitmen untuk terus mendorong peningkatan produktivitas dan ekspansi bisnis industri dalam negeri termasuk industri keramik.

Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto menekankan keberpihakan pemerintah melalui berbagai kebijakan, seperti menaikan PPh 22 terhadap barang impor di industri keramik.

"Keberpihakan pemerintah jelas. Kita telah menaikkan PPh 22 terhadap barang impor di industri keramik menjadi 7,5 persen," kata dia, dalam Pembukaan 'Pameran Keramika 2019', di JCC, Jakarta, Kamis (14/3/2018).

Selain itu, lanjut Airlangga, pemerintah pun sudah mengeluarkan kebijakan safeguard terhadap barang-barang impor keramik. Tentu dengan harapan dapat membuat industry lebih bergairah.

"Besarnya 23 persen. Jadi sekarang sudah tidak ada alasan industri tidak bisa meningkatkan kapasitas produksinya," ujar dia.

Meskipun demikian, dia mengakui bahwa satu kendala yang masih harus dihadapi oleh industri keramik dalam negeri adalah terkait harga gas yang masih mahal.

"Jadi terhadap barang impor sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi, tapi harga gas yang relatif tinggi dikompensasi dengan kebijakan-kebijakan tadi," jelas dia.

Selain itu, pemerintah akan terus berupaya untuk mendorong kinerja industri keramik terutama untuk memperluas pasar ekspor.

"Keramik itu kan seperti semen. Pasarnya regional. Tidak bisa terlalu jauh, karena freight costsangat memengaruhi. Oleh karena itu kita harus bersaing terhadap kualitas," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya