Ada Kendaraan Listrik, Produksi Migas Bakal Tetap Masif

Saat ini kondisi produksi minyak sekitar 700 ribuan barel per hari, tidak cukup untuk memenuhi konsumsi sekitar 1,5 juta barel per hari.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Okt 2019, 10:30 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2019, 10:30 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) menyatakan, kegiatan pencarian migas harus tetap digalakan, meski penggunaan energi ke depan beragam di antaranya kendaraan listrik.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdudarrahman mengatakan, saat ini kondisi produksi minyak sekitar 700an ribu barel per hari, tidak cukup untuk memenuhi konsumsi sekitar 1,5 juta barel per hari.

"Hari ini apa yang kita konsumsi nggak cukup di produksi. Menurut hitungan kita produksi itu nggak cukup," kata Fatar, di Jakarta, Selasa (22/10/2019).

 

Fatar melanjutkan, kebutuhan minyak tetap kurang, meski telah terjadi perpindahan konsumsi energi dari energi fosil menjadi Energi Baru Terbarukan (EBT) dan penggunaan kendaraan listrik.

"Menurut hitungan kita produksi itu nggak cukup. Meski pindah ke EBT juga nggak cukup," tuturnya.

Menurut Fatar, kegiatan pencarian migas masih tetap penting, meski sebagian beralih ke energi lain. Untuk pelaksanaannya tinggal melanjutkan kebijakan yang telah dibuat pemerintah."Hulu migas tuh tinggal lanjutin aja sebenernya," ujarnya.

Fatar mengungkapkan, saat ini cadangan terbukti minyak Indonesia mencapai 3,2 miliar barel dan gas 52 sampai 53 Triliun Cubic Feet (TCF), dari 206 blok migas yang ada 9 blok yang berproduksi, sedangkan sisanya eksplorasi, dengan begitu perlu digalakan lagi kegiatan pencarian migas agar dapat menyeimbangkan antara produksi dan konsumsi.

"Tinggal gimana kita percepat monitize. Blok ada 206 blok. 9 blok produksi. sisanya eksplorasi," tandasnya.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

SKK Migas Yakin Indonesia Raih Kembali Masa Keemasan Produksi Minyak dan Gas

Ini Setiap Kali Perusahaan Hulu Migas Investasi US$1
Perusahaan-perusahaan hulu migas sering dianggap hanya berperan menyediakan pasokan energi dan menghasilkan penerimaan negara

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) ‎optimistis masih ada masa keemasan produksi minyak dan gas bumi (migas) Indonesia untuk kedua kalinya. Setelah mengalami penurunan sejak era 1990-an.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, masih ada harapan produksi migas Indonesia kembali meningkat, sebab dari 128 cekungan yang ada di Indonesia yang baru tereksplorasi baru 54 cekungan sedangkan sisanya 74 belum disentuh. Dari 54 cekungan sebanyak 19 cekungan yang baru berproduksi.

"Saya kira kita bangun optimisme ini, mungkin ini bisa jadi hal sangat penting adalah era keemasan kedua migas Indonesia," kata Dwi, saat menghadiri sarasehan migas nasional ke 2, di Kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Dwi melanjutkan, dari 54 cekungan yang sudah dieksplorasi terdapat potensi minyak sebanyak 3,8 miliar barel, sedangkan 74 cekungan yang belum tersentuh ada potensi menyimpan kandungan minyak 7,5 miliar barel.

"Jadi masih ada potensi yang sangat besar," ibuh Dwi.

Menurut Dwi, terjadi perubahan paradigma pencarian migas di Indonesia, dengan bergesernya pencarian kandungan migas dari darat (onshore) menjadi di lautan dalam (offshore), kemudian dari wilayah barat ke‎ timur Indonesia.

"Offshore itu ada POD dari Blok Masela jadi gambaran penting potensi laut dalam dan bergerser ke daerah timur, maka potensi sangat besar," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya