Saran IMF: Negara di Dunia Harus Fokus Atasi Krisis Kesehatan Lebih Dulu

Krisis yang saat ini dialami oleh dunia bukanlah sesuatu yang dapat dikontrol dengan kebijakan ekonomi,

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Apr 2020, 20:49 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2020, 20:44 WIB
Logo IMF
(Foto: aim.org)

Liputan6.com, Jakarta International Monetary Fund (IMF) memprediksi ekonomi global akan semakin sengsara gegara wabah Corona yang tak kunjung usai. Kondisi ini disebutkan muncul lagi pertama kalinya setelah krisis finansial terburuk di dunia tahun 1930, yaitu Great Depression.

Mengutip laman CNBC, Kamis (16/4/2020), IMF sendiri memprediksi ekonomi dunia akan terkontraksi 3 persen pada 2020.

"Sangat mungkin terjadi, tahun ini menjadi tahun yang paling buruk untuk ekonomi sejak Great Depression 1930. Mengejutkan jika krisis ini mungkin saja terjadi," ujar Gita Gopinath, kepala ekonom IMF dalam laporan World Economic Report yang dirilis IMF.

Gopinath melanjutkan, krisis yang saat ini dialami oleh dunia bukanlah sesuatu yang dapat dikontrol dengan kebijakan ekonomi, karena fokus masalahnya terletak pada kapan berakhirnya pandemi itu sendiri.

IMF memprediksi adanya pemulihan parsial pada 2021 mendatang. Meski demikian, World Trade Organization memprediksi perdagangan global akan terkontraksi 13 persen hingga 32 persen tahun ini. Hal ini dikarenakan dampak virus yang tidak bisa dalam waktu yang sebentar.

Apalagi, negara-negara banyak menerapkan lockdown, yang tentu menyebabkan bisnis terhambat bahkan mati begitu saja.

 

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva
Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva. Dok: Twitter @KGeorgieva

Gopinath menyatakan, bukan cuma masalah ekonomi, namun ketidakadilan sosial berpotensi semakin meningkat bahkan bila pemerintah sudah memberi stimulus.

IMF melaporkan bahwa mereka menerima panggilan tak terhingga dari pihak-pihak yang mengaku belum mendapat bantuan finansial, meskipun secara total, IMF sendiri terlah menggelontorkan USD 1 triliun.

"Akan selalu ada pihak yang kehilangan penghasilan terutama dari kalangan bawah, sehingga kemiskinan semakin tinggi, dan ketidaksamarataan akan semakin tinggi pula," ujarnya.

Lagi-lagi, IMF menganjurkan agar negara benar-benar fokus mengatasi krisis kesehatan terlebih dahulu. Belanja negara dialokasikan ke peralatan medis dan alat kesehatan.

"Pemerintah juga harus memberi penangguhan pajak, subsidi upah, bantuan tunai bagi warga dan perusahaan terdampak serta mempersiapkan dan mengukur kebijakan lockdown jika memang suatu saat dibutuhkan," demikian dikutip dari laporan IMF.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya