Pemerintah Kerja Keras agar Angka Pengangguran dan Kemiskinan Tak Meledak

Dalam skenario berat potensi pengangguran akan bertambah 2,92 juta orang, dan sangat berat bisa mencapai 5,23 juta jiwa.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Mei 2020, 13:20 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2020, 13:20 WIB
Dampak COVID-19, Angka Kemiskinan dan Pengangguran Bakal Meningkat
Warga berada di seberang pemukiman padat di bantaran kali Ciliwung, Jakarta, Kamis (16/4/2020). Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkap proyeksi pemerintah terhadap angka kemiskinan naik dari 9,15 persen menjadi 9,59 persen akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah menyiapkan berbagai program untuk meredam peningkatan angka pengangguran dan juga kemiskinan yang diperkirakan bakal membludak sebagai dampak dari Pandemi Corona. Prorgam tersebut antara lain mulai dari meningkatkan konsumsi rumah tangga hingga mendorong investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).

"Kita sedang berusaha meredam dampak negatif secara sosial kemasyarakatan kita berusaha untuk menghambat supaya tingkat penganggurannya meningkatnya tidak terlalu tajam dan kemiskinannya juga tidak meningkat," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, dalam video conference di Jakarta, Rabu (16/5/2020).

Seperti diketahui, tingkat pengangguran terbuka sendiri diperkirakan akan bertambah akibat pandemi virus Corona. Di mana dalam skenario berat potensi pengangguran akan bertambah 2,92 juta orang, dan sangat berat bisa mencapai 5,23 juta jiwa.

Sementara, peningkatan jumlah angka kemiskinan diperkirakan mencapai sebesar 1,1 juta penduduk. Sementara untuk skenario yang lebih berat, tambahan angka kemiskinan akan sebanyak 3,78 juta orang.

Febrio melanjutkan, untuk menekan tingkat pengangguran paling tidak pemerintah mengusahakan agar investasi di kuartal II 2020 dan selanjutnya bisa tumbuh di kisaran sekitar 6 persen. Saat ini, pertumbuhan investasi di kuartal I 2020 hanya berada di kisaran 1,7 persen. Angka ini pun lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu sebesar 5 persen.

"Investasi harus 5 sampai 6 persen pertumbuhannya, itu cuma tumbuh 1,7 persen. Kita nanti harus dorong ini lebih banyak di kuartal II," imbuh dia.

 

Konsumsi Rumah Tangga

Denda Pakai Kantong Plastik di Jakarta Bisa Mencapai Rp 25 Juta
Aktivitas jual beli menggunakan kantong plastik di pasar tradisional di Jakarta, Kamis (9/1/2020). Berdasarkan Pergub Nomor 142 Tahun 2019, para pengelola usaha bisa dikenakan denda mencapai Rp 25 juta apabila melanggar aturan tentang penggunaan kantong plastik. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Kemudian dalam upaya meredam tingkat kemiskinan pemerintah akan menggenjot konsumsi rumah tangga di kuartal II 2020. Saat ini tercatat pertumbuhan kuartal pertama 2020 hanya berada di 2,7 persen, lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu sebesar 5,3 persen.

Berbagai cara dalam meningkatkan konsumsi bisa dilakukan melalui program penyaluran bantuan sosial (bansos), Program Keluarga Harapan (PKH), subsidi listrik hingga kartu prakerja.

"Itu tujuannya di untuk menjaga konsumsi yang sudah 2,7 persen itu bisa kita tahan mudah-mudahan bisa naik ke atas 3 persen. Misalnya untuk ke depan di samping itu kita juga berpikir bagaimana kalau kita lihat stimulus konsumsi ke atas," tandas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya