Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik lebih dari 1 persen pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Kenaikan harga emas ini didorong oleh pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) dan juga Wall Street yang telah menghentikan reli.
Angka defisit perdagangan AS dan juga data tenaga kerja yang buruk membuat reli dari bursa saham AS terhenti dan juga dolar AS melemah terhadap beberapa mata uang utama dunia lainnya.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Jumat (5/6/2020), harga emas di pasar spot 0,5 persen menjadi USD 1.706,05 per ounce, pulih dari penurunan sebelumnya. Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,4 persen ke level USD 1.710,90 per ounce.
Advertisement
"Pasar saham AS diperdagangkan di zona merah. Hal ini memberikan tenaga ke emas karena adanya peningkatan permintaan investasi di instrumen yang aman," kata analis TD Securities Daniel Ghali.
Setelah mengalami reli yang kuat pada perdagangan Rabu, bursa saham AS dibuka lebih rendah pada perdagangan Kamis karena klaim pengangguran mingguan AS masih tergolong tinggi meskipun turun di bawah 2 juta.
Klaim pengangguran tersebut menyulut kembali kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi.
Selain itu, defisit perdagangan AS melonjak pada April karena pandemi Corona meningkatkan aliran barang dan jasa global, mendorong ekspor ke level terendah dalam 10 tahun.
Dolar AS juga bertahan di dekat level terendah dalam sekitar tiga bulan, membuat harga emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Perdagangan Sebelumnya
Pada perdagangan sehari sebelumnya, harga emas dunia turun lebih dari 2 persen dipicu sentimen risiko membaik di tengah harapan pulihnya kemerosotan ekonomi yang disebabkan Virus Corona.
Investor sebagian besar juga terus mengamati kerusuhan sipil di Amerika Serikat dan gesekannya dengan China.
Melansir laman economictimes.indiatimes.com, Kamis (4/6/2020), harga emas di pasar spot turun 1,9 persen menjadi USD 1.693,83 per ounce, setelah sebelumnya mencapai level terendah satu bulan mendekati USD 1.688,89.
Adapun harga emas berjangka AS turun 2,2 persen menjadi USD 1.696,40. "Saat ini ada sentimen risk-on yang sangat kuat... pasar ekuitas AS pecah," kata Phil Streible, Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures di Chicago.
Sentimen juga didukung data yang menunjukkan gaji swasta AS turun kurang dari yang diharapkan pada Mei.
Kondisi ini menunjukkan langkah PHK mereda ketika bisnis dibuka kembali, meskipun pemulihan ekonomi secara keseluruhan akan melambat.
"Umumnya pasar merasa nyaman dengan fakta bahwa meskipun data buruk, hal-hal cenderung meningkat," lanjut dia.
Advertisement