Liputan6.com, Jakarta Sepanjang semester I 2020, PT Freeport Indonesia mencatatkan laba bersih senilai USD 94 juta atau Rp 1,4 triliun (kurs rupiah 14.920 per dolar AS). Perolehan laba PT Freeport Indonesia (PTFI) tersebut didorong oleh membaiknya harga komoditas tembaga dan emas.
"Year to date, sampai dengan Juni, posisinya adalah USD 94 juta dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya. Ekspektasi kami memang pada 2020 masih belum ada dividen, tapi posisi laba ini memang di luar ekspektasi karena harga yang mendadak membaik dengan peristiwa Covid-19 ini," ujar Direktur Utama Mind ID Orias Petrus Moedak dalam rapat dengar pendapat di Komisi VI DPR, Selasa (29/9/2020).
Baca Juga
Dalam paparannya, sejak Maret 2020 realisasi harga tembaga dan emas mengalami peningkatan. Harga tembaga terus bergerak naik dari posisi USD 1,92 per pound pada Maret 2020 ke posisi USD 3,04 per pound pada Juni 2020. Sedangkan harga emas sempat meningkat signifikan pada April 2020, yakni mencapai USD 1.906 per ounce.
Advertisement
"Sementara emas mengalami peningkatan dan ada sedikit penyesuaian pada Mei dan Juni, tetapi ada peningkatan signifikan saat Covid-19 karena orang beli emas saat ada ketidakpastian," katanya.
Kendati belum catatan deviden, Orias mengaku capaian ini diluar ekspektasi di tengah pandemi. “Memang belum ada deviden, tapi posisi laba ini memang di luar ekspektasi, karena harga yang mendadak membaik dengan peristiwa Covid-19 ini,” kata dia.
Adapun produksi tembaga Freeport Indonesia sepanjang semester I/2020 mencapai 321 juta pound. Dengan total penjualan tembaga sepanjang paruh pertama ini mencapai 299 juta pound.
Sedangkan produksi emas Freeport Indonesia sepanjang semester I/2020 mencapai 340 ribu ounce. Dengan penjualan emasnya mencapai 319.000 ounce sepanjang semester I/2020. Kemudian produksi silver PTFI sepanjang semester I/2020 mencapai 1.429.000 ounce.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Operasikan Tambang Bawah Tanah, Freeport Berinvestasi USD 1,3 Miliar
Pada tahun 2020 ini, PT Freeport Indonesia (PTFI) mengeluarkan investasi USD 1,3 miliar untuk operasional pertambangan bawah tanah.
Ini diungkapkan Presiden Direktur Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas. “Hal itu karena memang cadangan open pit kita sudah habis, jadi memang beralih kepada pertambangan bawah tanah,” kata Tony seperti mengutip Antara di Jakarta, Senin (17/8/2020).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kondisi produksi PTFI saat ini hanya 60 persen dari kapasitas produksi pada 2022 nanti. Selain itu, untuk capaian penjualan bijih konsentrat sebesar 800 juta pound tembaga dan 8.000 ounce emas.
Hal itu dalam upaya meningkatkan kapasitas produksi Freeport pada tahun 2021, sehingga beralih pada cadangan pertambangan bawah tanah.
Sebelumnya, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif mengungkapkan produksi emas Indonesia tahun ini mengalami penyusutan di mana hingga Mei 2020 baru 9,98 ton, jauh di bawah pencapaian 2019 sebesar 109,02 ton.
Penurunan produksi emas itu sebagai imbas dari terpengaruhnya kegiatan produksi PT Freeport Indonesia di Papua, terkait masa transisi dari penambangan terbuka (open pit) ke tambang bawah tanah.
"Dengan total produksi mencapai 80 ton per tahun, selama ini Freeport menjadi penyumbang terbesar produksi emas Indonesia," jelas Irwandy Arif.
Irwandy memperkirakan masa transisi kegiatan penambangan Freeport bisa mencapai dua tahun. Namun jika perusahaan itu bisa mempercepat proses transisinya maka produksi emas RI juga akan kembali normal yaitu berkisar pada angka 120 ton per tahun.
Irwandy juga menegaskan bahwa jumlah perusahaan tambang emas saat ini mencapai 28 perusahaan di seluruh Indonesia.
Oleh karena itu, kalau pun Freeport belum bisa kembali normal pada akhir tahun ini, ia memprediksi produksi emas nasional pada 2020 tidak terlalu jauh dari angka 100 ton.
Advertisement