Ada Vaksin Covid-19 dan UU Cipta Kerja, Pasar Modal Bakal Cerah di 2021

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimis industri pasar modal Indonesia bakal tumbuh positif di tahun 2021.

oleh Athika Rahma diperbarui 30 Des 2020, 16:40 WIB
Diterbitkan 30 Des 2020, 16:40 WIB
Perdagangan Awal Pekan IHSG Ditutup di Zona Merah
Layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimis industri pasar modal Indonesia bakal tumbuh positif di tahun 2021.

Hal ini dikarenakan pemerintah tengah serius dalam menjamin ketersediaan vaksin Covid-19. Seperti diketahui, pandemi Covid-19 di Indonesia melukai ekonomi, meskipun sudah terdapat beberapa perbaikan yang signifikan.

Airlangga juga bilang, UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan ketahahan investor ritel domestik juga bakal membantu pemulihan tersebut.

"Vaksinasi ini jadi game changer sektor kesehatan dan ekonomi, dan dengan adanya UU Cipta kerja, vaksinasi, daya tahan investor ritel, pasar modal dan ekonomi Indonesia akan stabil dan pulih di 2021," kata Airlangga dalam penutupan perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI) secara virtual, Rabu (30/12/2020).

Airlangga melanjutkan, pemerintah memang tengah fokus mengatasi pandemi Covid-19 hingga tuntas. Tahun depan, pemerintah masih akan mengalokasikan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan pencegahan penyebaran Covid-19 sebesar Rp 372,9 triliun.

Ketika pandemi Covid-19 sudah dapat dikendalikan, maka daya beli akan turut meningkat sehingga aktivitas produksi akan meningkat.

"PMI (Purchasing Manager;s Index) di berbagai negara termasuk Indonesia sudah kembali di level 50,6, artinya ekonomi akan terus bergerak," katanya.

UU Cipta Kerja sendiri, lanjut Airlangga, mendapatkan banyak komentar positif dari berbagai lembaga. Bahkan, JP Mogran memproyeksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia akan menyentuh level 6.800 pada tahun 2021.

Sebelumnya, berdasarkan laporan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso, IHSG Indonesia mencapai titik terendahnya pada 24 Maret 2020 yaitu di level 3.937.

Pada penutupan perdagangan hari ini, Airlangga juga melihat situasi industri pasar modal mulai membaik dengan IHSG yang menyentuh level hampir 6.000.

Katanya, situasi sebelum pandemi dan sesudah pandemi mengalami perubahan yang cukup signifikan jika dibandingkan krisis tahun 1998 yang memakan waktu hingga 2 tahun dan krisis tahun 2008 yang memakan waktu 1 tahun.

"Ini memberikan optimisme, karena itu kami berhahap kita semua bisa semangat melawan pandemi Covid-19 sehingga pandemi bisa kita lalui bersama dan dapat mendorong pemulihan ekonomi nasional," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

BEI: Indonesia Masih Jadi Bursa dengan IPO Terbanyak di ASEAN

Pergerakan IHSG Ditutup Menguat
Karyawan mengamati pergerakan harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta, Senin (27/7/2020). Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,66% atau 33,67 poin ke level 5.116,66 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sebanyak 51 perusahaan telah melakukan Initial Public Offering (IPO) dan mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga per 30 Desember 2020. Adapun sampai dengan saat ini terdapat 713 perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI.

Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengatakan, dengan torehan tersebut maka Indonesia masih menjadi bursa saham dengan jumlah IPO terbanyak jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

"Indonesia pun masih menjadi bursa dengan jumlah IPO terbanyak di ASEAN," kata dia dalam penutupan Perdagangan BEI 2020, Rabu (30/12).

Dia menyampaikan, aktivitas perdagangan BEI pada tahun 2020 juga mengalami peningkatan yang tercermin dari kenaikan rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 32 persen menjadi 619 ribu kali per hari di bulan November 2020 dan menjadikan likuiditas perdagangan saham BEI lebih tinggi diantara Bursa-bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara.

"Pada periode yang sama, rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) berangsur-angsur pulih dan mencapai nilai Rp9,18 triliun," kata dia.

Sepanjang tahun 2020, jumlah investor di Pasar Modal Indonesia yang terdiri atas investor saham, obligasi, maupun reksadana, mengalami peningkatan sebesar 56 persen mencapai 3,87 juta Single Investor Identification (SID) sampai dengan 29 Desember 2020. Kenaikan investor ini 4 kali lipat lebih tinggi sejak 4 tahun terakhir dari 894 ribu investor pada tahun 2016.

Selain itu, investor saham juga naik sebesar 53 persen menjadi sejumlah 1,68 juta SID. Kemudian, jika dilihat dari jumlah investor aktif harian, hingga 29 Desember 2020 terdapat 94 ribu investor atau naik 73 persen dibandingkan akhir tahun lalu.

"Peningkatan jumlah investor serta aktivitas transaksi investor harian tentu merupakan hasil upaya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Self-Regulatory Organization (SRO) dalam mengedepankan sosialisasi dan edukasi terkait investasi di pasar modal kepada masyarakat," ujarnya.

Seiring dengan meningkatnya partisipasi investor ritel domestik, rekor transaksi perdagangan baru berhasil dicapai pada tahun 2020 ini, yaitu frekuensi transaksi harian saham tertinggi pada 22 Desember 2020 sebanyak 1.697.537 transaksi.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com 

Hingga 22 Desember 2020, Pasar Modal Indonesia Himpun Dana IPO Rp 5,4 Triliun

IHSG Menguat
Layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan, penghimpunan dana dari pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) hingga 22 Desember 2020 mencapai angka Rp 5,49 triliun.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Nyoman Gede Yetna mengatakan, situasi pandemi Covid-19 membuat adanya penurunan nilai penghimpunan dana IPO pada 2020 ini dibanding tahun sebelumnya.

Sebagai informasi, terdapat 55 emiten yang melakukan pencatatan perdana saham di 2019, dengan total dana terhimpun mencapai Rp 14,78 triliun.

"Sampai dengan tanggal 22 Desember 2020, total dana dihimpun pada tahun 2020 dari IPO saham adalah sebesar Rp 5,49 triliun," jelas Nyoman, seperti dikutip Jumat (25/12/2020).

Nyoman menyampaikan, hingga saat ini masih terdapat 17 perusahaan dari berbagai sektor yang masuk ke dalam pipeline pencatatan saham BEI.

Berikut rinciannya:

- 6 perusahaan dari sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi

- 2 perusahaan dari sektor Properti dan Konstruksi

- 2 perusahaan dari sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi

- 2 perusahaan dari sektor Perkebunan

- 1 perusahaan dari sektor Pertambangan

- 2 perusahaan dari sektor Miscellaneous Industry

- 2 perusahaan dari sektor Keuangan.  

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona

Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona
Infografis Rupiah dan Bursa Saham Bergulat Melawan Corona (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya