Liputan6.com, Jakarta Bicara soal Pempek, selalu identik dengan Palembang. Namun siapa sangka, Pempek Palembang ternyata memiliki 'saudara'. Dia adalah Pempek Lampung. Pempek Lampung sekilas mirip dengan Pempek Palembang. Perbedaannya baru bisa diketahui ketika mencicipi citarasanya, di mana Pempek Lampung kuahnya dicampur dengan biang cuka sehingga menghasilkan rasa yang lebih pekat. Namun, keduanya merupakan makanan khas kedua kota yang berada di sisi Selatan Pulau Sumatera.
Lampung dan Palembang berjarak kurang lebih 250 kilometer (km) jika ditempuh menggunakan jalur lintas Sumatera. Setidaknya, butuh waktu 10-12 jam untuk menjangkau Palembang dari Lampung. Dengan jarak dan waktu tempuh sejauh itu, akan sangat sulit masyarakat Palembang pergi ke Lampung untuk merasakan Pempek 'saudara' mereka. Begitu juga masyarakat Lampung yang ingin menikmati kuliner di Bumi Sriwijaya.
Baca Juga
"Kini saya bisa pergi ke Palembang, baik untuk wisata atau sekedar kulineran. Waktu tempuhnya hanya 3,5 jam via Jalan Tol Trans Sumatera," kata Ervina (34) saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (31/3/2021). Ervina sendiri adalah warga Lampung yang gemar wisata kuliner.
Advertisement
Sejak Januari 2021, Lampung, tepatnya dari Bakaheuni hingga ke Palembang sudah terhubung jalan tol. Hal ini setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Jalan Tol Trans Sumatera ruas Kayu Agung-Palembang sepanjang 42,5 km. Dengan demikian, Bakaheuni hingga Palembang, terbagi menjadi tiga ruas.
Pertama, Bakauheni-Terbanggi Besar sepanjang 140 km. Kedua, ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung dengan panjang 190 km. Dan ketiga, ruas Kayu Agung-Palembang. PT Hutama Karya (Persero) tercatat memegang konsesi terbanyak dari Bakaheuni hingga Palembang dengan panjang 330 km dari total 372,5 km.
Mengenai tarif jalan tol, dari Bakaheuni hingga Palembang juga cukup terjangkau untuk para pemilik kendaraan pribadi. Khusus Golongan I, Ruas tol Bakaheuni-Terbanggi Besar bertarif Rp 112.500. Sementara ruas tol Terbanggi Besar-Permata Panggang-Kayu Agung tarifnya sebesar Rp 170.500. Sedangkan ruas tol Kayu Agung-Palembang memiliki tarif Rp 39.500. Dengan demikian, para pelancong kuliner seperti Ervina, hanya merogoh kocek Rp 322.500 untuk sekali jalan.
"Tidak perlu setiap hari ke Palembang, paling satu atau dua bulan sekali, kalau bosen di Lampung, ya pergi ke Palembang. Tarif jalan tolnya juga worth it ko," Ervina menambahkan.
Tersambungnya Lampung dan Palembang dengan jalan tol, memang menjadi secercah harapan industri pariwisata kedua kota. Maklum saja, semenjak pandemi Covid-19, kunjungan wisatawan kedua kota tesebut anjlok.
Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno berpendapat, Jalan Tol Trans Sumatera bisa menjadi pelecut ekonomi pasca pandemi Covid-19 mulai mereda. Hal ini juga menjadi modal sektor pariwisata untuk kembali meraup cuan.
"Tentunya masyarakat akan lebih mudah bepergian dengan adanya Jalan Tol Trans Sumatera ini. Mobilitas warga antara Palembang-Bandar Lampung semakin meningkat," ujarnya kepada Liputan6.com.
Perlu diketahui, dikutip Liputan6.com dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Palembang, pada Januari 2021, tidak ada kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Sumatera Selatan melalui pintu masuk Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.
Tidak hanya itu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Sumatera Selatan pada Januari 2021 tercatat sebesar 45,85 persen, atau turun 7,98 poin dibanding TPK hotel Desember 2020 yang sebesar 53,83 persen.
Sementara untuk Lampung, BPS mencatat TPK hotel berbintang pada Januari 2021 tercatat 37,63 persen, turun 21,69 poin dibanding TPK hotel pada Desember 2020 yang tercatat sebesar 59,32 persen.
Bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun 2020, TPK hotel berbintang turun sebesar 20,43 poin. Sedangkan untuk jumlah tamu selama Januari 2021 yang menginap di hotel berbintang mencapai 44.663 orang, terdiri dari 32 tamu asing dan 44.631 tamu domestik. Kondisi ini mengalami penurunan sebanyak 19.677 orang (30,58 persen) dibandingkan Desember 2020 yang tercatat 64.340 orang.
Dari data BPS ini, untuk mendongkrak pariwisata, Pemerintah Daerah kedua kota tengah mengembangkan paket wisata Lampung-Palembang. Misalnya, dengan menawarkan paket menginap 5 hari, dimana 3 malam di Palembang dan 2 malam di Lampung, atau sebaliknya. Tidak hanya itu, bahkan Pemkot Palembang dan Lampung bakal menggunakan tagline bersama.
"Mengapa kami inginkan bersama, karena sebenarnya keunggulan antara kedua daerah ini benar-benar berbeda. Dengan demikian, sebenarnya bisa saling mengisi," ujar Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang Isnaini Madani.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Misi Hutama Karya di Sektor Pariwisata
Mengenai destinasi wisata, Palembang menawarkan wisata alam berupa sungai, dimana Sungai Musi dengan Jembatan Amperanya menjadi salah satu andalan. Sementara Lampung, memiliki wisata alam berupa pantai dan Taman Nasional Way Kambas. Begitu juga wisata kuliner masing-masing kota yang menarik untuk dijelajah.
Pengembangan pariwisata ini nampaknya sejalan dengan misi 'pemeran utama' Jalan Tol Trans Sumatera, yaitu PT Hutama Karya (Persero). Direktur Operasi III Hutama Karya Koentjoro mengatakan, untuk pengembangan pariwisata, Hutama Karya aktif berkoordinasi dengan pemerintah provinsi maupun pemerintah kota/kabupaten yang dilalui oleh Jalan Tol Trans Sumatera, khususnya dari Lampung hingga Palembang.
Dicontohkannya, Hutama Karya juga ikut serta dalam pembangunan kawasan integrasi pariwisata di wilayah Bakauheni, Lampung Selatan. Pembangunan kawasan ini memiliki konsep Bakauheni Harbour City, dimana area pembangunan terletak sebelum gerbang masuk Tol Bakauheni Selatan dan digadang-gadang akan menjadi the next Resort World Sentosa di Indonesia.
"Dengan ikut sertanya Hutama Karya dalam pembangunan kawasan ini, diharapkan sinergi antar BUMN yang terlibat dan Pemerintah provinsi sekitar dapat mewujudkan mimpi Indonesia untuk memiliki kawasan wisata terintegrasi kelas dunia sehingga menjadi daya tarik baru bagi masyarakat Indonesia maupun mancanegara," kata dia kepada Liputan6.com.
Selain pembangunan spot pariwisata di kota Lampung, Hutama Karya juga mengedepankan kearifan lokal dalam pembangunan rest area di sepanjang Jalan Tol Trans Sumatera. Dengan begitu, diharapkan menjadi daya tarik para pengendara dan mengenalkan potensi wisata setiap daerah. Seperti yang ada di Rest Area KM 215 yang berada di Ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung. Rest area ini mengusung konsep bangunan Menara Siger atau Rumah Adat Lampung.
"Ke depan rencananya kami juga akan memasukan ikon-ikon budaya lokal dalam ornamen rest area kami," tambah Koentjoro.
Hingga saat ini, pemulihan ekonomi mulai terlihat. Hutama Karya mencatat lalu lintas harian rata-rata (LHR) yang melintas melalui Jalan Tol Bakauheni hingga Kayu Agung telah mengalami peningkatan sebanyak 15,36 persen dari yang sebelumnya pada saat 2020 sebanyak 37.713 kendaraan menjadi 43.504 kendaraan pada Jumat (26/3/2021). Tentunya ini menjadi harapan baru bagi industri pariwisata.
Semakin banyaknya kendaraan yang melintas di Jalan Tol Trans Sumatera ini, tentunya semakin banyak pelancong kuliner seperti Ervina. Tidak sebatas pergi ke Palembang untuk merasakan Pempek, namun kelak bisa ke Medan untuk merasakan nikmatnya durian, bahkan sampai ke Aceh untuk mencicipi Kopi Aceh yang legendaris, tanpa harus keluar Jalan Tol Trans Sumatera.
Advertisement