Liputan6.com, Jakarta - Harga emas terus melanjutkan penguatan dan mendekati level tertinggi untuk periode tiga bulan pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta).
Kenaikan harga emas ini setelah angka tenaga kerja AS yang tumbuh tidak sesuai dengan prediksi sehingga membebani nilai tukar dolar AS dan mendorong ekspektasi suku bunga akan tetap rendah.
Mengutip CNBC, Selasa (11/5/2021), harga emas di pasar spot naik 0,4 persen menjadi USD 1.836,89 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sejak 11 Februari di USD 1.845,06 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup 0,3 persen lebih tinggi pada USD 1.837,60 per ounce.
Advertisement
"Angka penambahan pekerjaan AS yang mengecewakan akhirnya memicu putaran short-covering algoritmik," kata analis komoditas TD Securities, Daniel Ghali.
Selain itu, sentimen yang juga mendukung harga emas adalah kembalinya modal diskresioner yang kembali mengalir ke emas bersama dengan permintaan fisik yang kuat dari China dan India pada bulan lalu.
Data nonfarm payrolls AS pada hari Jumat pekan lalu menunjukkan pertumbuhan pekerjaan secara tak terduga melambat pada April 2021. Hal ini kemudian mendorong dolar AS jatuh ke palung terdalam dan membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Angka pekerjaan yang lebih rendah dari perkiraan mengganggu harapan investor akan pemulihan ekonomi terbesar dunia dan bahwa Federal Reserve AS mungkin akan memperketat kebijakan lebih awal dari yang diharapkan.
Bank sentral AS telah berjanji untuk mempertahankan suku bunga rendah sampai inflasi dan lapangan kerja meningkat. Suku bunga yang lebih rendah membuat harga emas menguat.
"Apa yang hilang dari kenaikan harga emas dalam perdagangan ini dan akan dibutuhkan untuk mendorong kembali reli adalah partisipasi para pencari safe-haven," kata analis Julius Baer, Carsten Menke dalam sebuah catatan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bisakah Harga Emas Tembus Level USD 1.850 Pekan Ini?
Sebelumnya, pengamat dan pelaku pasar memberikan prediksi yang positif terhadap harga emas. Dalam survei yang dilakukan oleh Kitco, harga emas diperkirakan kembali melonjak setelah pekan lalu melewat kevel USD 1.800 per ounce.
Mengutip Kitco, Senin (10/5/2021), sentimen pasar terhadap logam mulia bergeser secara dramatis pada Kamis ketika harga emas melonjak di atas USD 1.800 per ounce untuk pertama kalinya sejak Februari 2021.
Banyak analis mencatat bahwa tembusnya level psikologis di titik resisten tersebut menciptakan momentum baru di pasar untuk mendorong harga emas bisa mencapai level USD 1.850 per ounce.
Reli yang cukup cepat terjadi pada perdagangan Jumat karena investor kembali mengoleksi logam mulia, setelah sebelumnya sempat lesu akibat laporan data tenaga kerja yang tak memuaskan.
Dalam laporan tersebut dituliskan bahwa terdapat 266 ribu pekerjaan baru diciptakan sepanjang April 2021. Angka tersebut jauh di bawah prediksi analis yang memperkirakan ada 1 juta lapangan kerja baru.
Beberapa analis mencatat bahwa logam mulia dapat menemukan beberapa resistensi antara USD 1.830 dan USD 1.850 per ounce.
Dalam sebuah wawancara dengan Kitco News, Presiden Blue Line Futures Bill Baruch mengatakan, dia memperkirakan harga emas akan bullish pada pekan ini. tetapi untuk menembus level USD 1.850 per ounce perlu momentum yang pas.
Minggu ini, 16 analis berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Dari jumlah tersebut, 14 analis atau 88 persen mengatakan harga emas akan bullish.
Pada saat yang sama dua analis atau 13 persrn mengatakan bearish dan tidak ada suara netral untuk harga emas minggu ini.
Sementara itu, total 1.485 suara diberikan dalam jajak pendapat main street online. Dari jumlah tersebut 1.122 responden atau 76 persen mengatakan harga emas akan naik minggu ini.
Sedangkan 203 lainnya atau 14 persen mengatakan lebih rendah. Sementara 160 pemilih atau 11 persen netral.
Advertisement
Kata Analis
Head of Commodity Strategy Saxo Bank Ole Hansen mengatakan, dengan data tenaga kerja yang mengecewakan maka potensi Bank Sentral AS untuk mengurangi program pembelian obligasi pada akhir tahun sepertinya tidak akan dilakukan.
Dengan begitu, harga emas dapat terus terdorog lebih tinggi karena penurunan imbal hasil obligasi membantu dan memaksa beberapa investor untuk menutupi posisi jual spekulatif mereka.
Namun, Hansen mengatakan bahwa dia tidak mengharapkan untuk melihat momentum yang signifikan sampai emas terdorong di atas USD 1.850 per ounce, yang merupakan level retracement teknis penting.
"Emas telah mengambil langkah penting, tetapi masih dalam tren turun. Saya memberikan posisi bullish pada harga emas berdasarkan penembusan ini," katanya.
President Adrian Day Asset Management Adrian Daymengatakan, untuk sementara harga emas akan bergerak liar. "saya rasa saat ini banyak investor mengambil posisi beli tetapi
"Emas tetap kurang dimiliki tenaga meskipun lebih banyak investor mengambil posisi," katanya.