Liputan6.com, Jakarta - Realisasi pencairan anggaran Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Ditjen Migas Kementerian ESDM) baru mencapai 52,53 persen dari target. Realisasi tersebut dibukukan hingga kuartal III 2021.
Sekretaris Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) Alimuddin Baso menjelaskan, realisasi anggaran tersebut setara Rp 0,51 triliun dari total pagu Rp 1,31 triliun.
"Realisasi anggaran Dirjen Migas hingga triwulan III 2021 baru mencapai 52,53 persen dengan realisasi pembangunan fisik jaringan gas sebesar 86,95 persen," ujarnya dalam Konferensi Pers Virtual terkait Update Kebijakan dan Capaian Kinerja Sektor ESDM Triwulan III-2021, Senin (25/10/2021).
Advertisement
Alimuddin menjelaskan, tersendatnya realisasi anggaran migas hingga kuartal III tahun ini dikarenakan sebagian besar anggaran digunakan untuk pembangunan infrastruktur yang akan terserap secara masif di akhir tahun 2021.
"Di mana pembayaran baru akan dilakukan saat peralatan sudah terpasang dan teruji," terangnya
Meski demikian, pihaknya berjanji peningkatan realisasi anggaran secara signifikan di akhir tahun 2021 dilaksanakan secara tepat sasaran dan akuntabel.
"(Ini) agar perekonomian lekas pulih. optimisme terus kami tuangkan dalam target-target kinerja," tutupnya.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Sektor Hulu Migas Masih Berperan Penting Gerakkan Roda Ekonomi
Pemerintah harus tetap memberikan perhatian pada sektor hulu minyak dan gas (migas), sebab masih menjadi andalan penggerak perekonomian nasional.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro mengatakan, peran sektor hulu migas masih memegang peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Pasalnya, sektor lain bergantung pada sektor hulu migas. Baik sektor pendukung yang memasok barang dan jasa atau sektor yang memanfaatkan hasil produksi migas.
"Sektor pendukung itu selama ini memasok barang dan jasa ke sektor hulu migas. Kalau sektor pengguna yang gunakan seperti kilang pabrik pupuk, listrik pakai gas itu pengguna, tapi kalau pendukung transportasi alat berat itu jumlah 73 sektor," kata Komaidi, di Jakarta, Kamis (7/10/2021).
Menurut Komaidi, jika sektor hulu migas bermasalah sehingga kegiatan operasinya terganggu, maka akan berdampak pada sektor tersebut dan berakitbat pada perekonomian.
"Artinya kalau kegiatan hulu migas bermasalah sebetulnya bukan single player hulu mgias yang bermasalah, tapi ada dibelakaangnya 73 sektor ikut bermasalah dan 45 sektor di depan bermasalah," tuturnya.
Komaidi melanjutkan, sektor hulu migas tidak beroperasi maka kebutuhan migas bisa dipasok dari impor, namun sektor penunjang yang memasok barang jasa ke sektor migas akan berpengaruh.
Advertisement