Bank Indonesia Sudah Beli SBN Rp 3,56 Triliun untuk Danai APBN 2022

Bank Indonesia (BI) telah melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2022 sebesar Rp 3,56 triliun hingga 8 Februari 2022

oleh Tira Santia diperbarui 10 Feb 2022, 15:50 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2022, 15:50 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) telah melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar perdana untuk pendanaan APBN 2022 sebesar Rp 3,56 triliun hingga 8 Februari 2022.

Hal itu diungkapkan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo,  dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 9-10 Februari 2022, Kamis (10/2/2022).

Pembelian SBN, dilakukan melalui mekanisme lelang utama sesuai dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia yang berlaku hingga 31 Desember 2022.

Disisi lain, Perry menyampaikan, kondisi likuiditas tetap longgar sejalan dengan data sinergi kebijakan BI dan Pemerintah dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.

“Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp10,34  triliun pada tahun 2022 hingga 8 Februari 2022,” ujarnya.

Adapun, kondisi likuiditas perbankan pada Desember 2021 juga tetap longgar, tercermin pada rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang tinggi mencapai 35,12 perse, serta Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh sebesar 12,21 persen (yoy).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Ekonomi Meningkat

Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2018
Pemandangan deretan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta, Jumat (29/9). Pemerintah melalui Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakinkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 5,4 persen tetap realistis. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Likuiditas perekonomian meningkat, tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) pada Desember 2021 yang tumbuh meningkat masing-masing sebesar 17,9 persen (yoy) dan 13,9 persen (yoy).

“Pertumbuhan uang beredar tersebut terutama didukung oleh berlanjutnya ekspansi fiskal dan peningkatan kredit perbankan. Suku bunga perbankan terus mengalami penurunan, didukung oleh suku bunga kebijakan moneter yang tetap rendah dan likuiditas yang longgar, serta persepsi risiko yang membaik,” jelasnya.

Sementara, di pasar uang dan pasar dana, suku bunga PUAB overnight dan suku bunga deposito 1 bulan perbankan telah menurun, masing-masing sebesar 25 bps dan 131 bps sejak Desember 2020 menjadi 2,79 persen dan 2,96 persen pada Desember 2021.

Kemudian, di pasar kredit, penurunan SBDK perbankan melanjutkan tren penurunan, diikuti penurunan suku bunga kredit baru pada seluruh kelompok Bank. Aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang meningkat.

“Bank Indonesia memandang peran perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan termasuk melalui penurunan suku bunga kredit dapat terus ditingkatkan guna semakin mendukung pemulihan ekonomi nasional,” pungkas Perry.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya