Tertinggi Sejak 1982, Inflasi AS Tembus 7,5 Persen

Amerika Serikat melihat inflasi yang cukup tinggi pada Januari 2022, yaitu 7,5 persen.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 11 Feb 2022, 16:32 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2022, 16:32 WIB
Mengenal Konsep Inflasi dalam Ekonomi
Ilustrasi Konsep Inflasi Credit: pexels.com/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat melihat kenaikan harga konsumen atau inflasi yang cukup tinggi pada Januari 2022, yaitu 7,5 persen. Angka tersebut pun menandai kenaikan tertinggi sejak tahun 1982.

Naiknya biaya makanan dan energi memicu kenaikan tersebut, yang membuat beberapa kategori pengeluaran tidak tersentuh.

Tingginya inflasi ininjuga semakin memungkinkan Federal Reserve atau bank sentral AS menaikkan suku bunga.

Departemen Tenaga Kerja AS mengungkapkan bahwa, pada basis bulanan, harga konsumen naik 0,6 persen pada Januari 2022.

Harga sewa juga naik 0,4 persen, sementara harga bahan makanan melonjak 1 persen yang didorong oleh kenaikan biaya produk roti dan sereal.

Di AS, belanja konsumen bertahan tahun lalu meskipun harga naik dengan cepat, yang menurut para analis disebabkan permintaan yang tinggi, pengeluaran pemerintah, rantai pasokan yang tertahan dan kenaikan gaji menyusul kekurangan tenaga kerja. 

Platform belanja online hingga streaming Amazon, Netflix, dan Procter & Gamble adalah di antara banyak perusahaan yang telah mengumumkan kenaikan harga dalam beberapa bulan terakhir, dengan alasan diperlukannya biaya yang lebih tinggi.

Keluhan Warga AS Soal Kenaikan Harga

Total Kasus COVID-19 di AS Tembus 16 Juta
Para pejalan kaki melintas di Times Square New York, Amerika Serikat (AS) (12/12/2020). Total kasus COVID-19 di AS menembus angka 16 juta pada Sabtu (12/12), menurut Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Universitas Johns Hopkins. (Xinhua/Michael Nagle)

Detra Thomas, seorang asisten human resources berusia 60 tahun yang tinggal di New York, mengungkapkan bahwa dia baru-baru ini berhenti berbelanja di supermarket, karena mahalnya harga kebutuhan pokok.

Ia pun memilih untuk memesan sembako dalam jumlah besar secara online atau mengunjungi pedagang kaki lima dengan harapan mendapatkan harga yang lebih rendah.

"Saya tidak mampu membeli semua makanan saya dari toko kelontong biasa," ungkap Thomas kepada BBC.

Thomas juga menunda pembelian pakaian, memotong kupon dan mengambil langkah-langkah lain untuk mencukupi kebutuhannya sesuai kondisi kantong.

Meskipun dia menerima kenaikan gaji kecil tahun lalu, hal itu tidak sebanding dengan peningkatan pesat dalam biaya hidup,.

"Saya harus khawatir tentang apa yang akan saya beli, apa yang tidak akan saya beli, dan bisakah saya melakukannya tanpa ini untuk sementara waktu," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya