Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin atau o,5 persen pada Rabu waktu setempat. Kenaikan suku bunga ini merupakan tertinggi dalam dua dekade.
Langkah kenaikan suku bunga ini yang paling agresif untuk melawan angka inflasi tertinggi dalam 40 tahun.
Baca Juga
"Inflasi terlalu tinggi dan kami memahami kesulitan yang ditimbulkan. Kami mencoba bergerak cepat untuk menurunkan kembali angka inflasi," jelas Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell, dikutip dari CNBC, Kamis (5/5/2022).
Advertisement
Powell mencatat, beban inflasi bakal membebani mereka yang berpenghasilan rendah. "Kami sangat berkomitmen untuk memulihkan stabilitas harga." jelas dia.
Ia melanjutkan, kemungkinan besar the Fed masih memungkinkan untuk melanjutkan kenaikan suku bunga acuan 50 basis poin. Namun ia memastikan tidak akan lebih agresif dari angka yang sudah dilakukan saat ini.
Seiring dengan kenaikan suku bunga, the Fed mengindikasikan akan mulai mengurangi kepemilikan aset pada neraca USD 9 triliun. Sebelumnya, The Fed telah membeli obligasi untuk menjaga suku bunga rendah dan uang mengalir melalui ekonomi selama pandemi, tetapi lonjakan harga telah memaksa pemikiran ulang kebijakan moneter yang telah dijalankan tersebut.
Kenaikan suku bunga acuan hari Rabu akan mendorong suku bunga dana The Fed ke kisaran 0,75 persen hingga 1 persen, dan harga pasar saat ini menaikkan suku bunga menjadi 2,75 persen hingga 3 persen pada akhir tahun, menurut data CME Group.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ekonomi AS
Saham melonjak lebih tinggi setelah pengumuman dari The Fed. Sementara imbal hasil Treasury AS turun dari level tertinggi sebelumnya.
Pelaku pasar saat ini mengharapkan bank sentral untuk terus menaikkan suku secara agresif dalam beberapa bulan mendatang. menanggapinya, Powell mengatakan bahwa pergerakan 50 basis poin harus dibahas pada beberapa pertemuan berikutnya. Namun dia tampaknya mengabaikan kemungkinan The Fed menjadi lebih hawkish.
“75 basis poin bukanlah sesuatu yang secara aktif dipertimbangkan oleh komite,” kata Powell. Meskipun harga pasar telah sangat condong ke arah kenaikan Fed sebesar tiga perempat poin persentase pada bulan Juni.
"Ekonomi Amerika sangat kuat dan dalam posisi yang baik untuk menangani kebijakan moneter yang lebih ketat," katanya. Dia memperkirakan dampak ke ekonomi tak terlalu kasar meskipun kebijakan moneter lebih ketat.
Advertisement
Wall Street Melambung Setelah The Fed Dongkrak Suku Bunga 50 bps
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street menguat tajam pada perdagangan Rabu, 4 Mei 2022. Wall street melompat setelah the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS menaikkan suku bunga acuan 0,50 persen yang diantisipasi secara luas.
Selain itu, ketua the Fed Jerome Powell mengesampingkan untuk menjadi lebih agresif dalam kampanye memerangi inflasi. Demikian mengutip dari CNCB, Kamis (5/5/2022).
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 932,27 poin atau 2,81 persen ke posisi 34.061,06. Indeks S&P 500 menanjak 2,99 persen menjadi 4.300,17. Indeks Nasdaq melompat 3,19 persen menjadi 12.964,86.
Kenaikan tersebut terbesar sejak 2020 untuk indeks S&P 500 dan Dow Jones.The Fed mengumumkan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin atau 0,50 persen dan akan mulai mengurangi neraca pada Juni. Itu adalah kenaikan suku bunga terbesar pada Juni.
Bagi the Fed, kenaikan suku bunga tersebut terbesar sejak 2000. Namun, langkah the Fed menaikkan suku bunga sudah diharapkan oleh investor.Saham menguat tajam ketika Powell menuturkan, bank sentral tidak mempertimbangkan kenaikan yang lebih agresif dalam pertemuan mendatang.