Ekspor Indonesia di April 2022 Capai USD 27,31 Miliar, Naik 3,11 Persen

Secara bulanan nilai ekspor nonmigas mengalami kenaikan 3,17 persen yang didorng ekspor bahan bakar mineral.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Mei 2022, 12:10 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2022, 12:10 WIB
FOTO: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara Setelah Indonesia Longgarkan Larangan Ekspor
Batu bara dimuat ke truk di Pelabuhan Karya Citra Nusantara (KCN) Marunda, Jakarta, 17 Januari 2022. Indonesia melonggarkan larangan ekspor batu bara. (ADEK BERRY/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Ekspor Indonesia pada April 2022 mencapai USD 27,31 miliar. Angka tersebut naik 3,11 persen (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan dibandingkan dengan setahun sebelumnya atau year on year, angka ekspor di April 2022 tumbuh 47,76 persen.

"Nilai ekspor April 202 mencapai USD 27,31 miliar, naik 3,11 persen secara bulanan dan naik 47,76 persen secara tahunan," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Selasa (17/5/2022).

Secara bulanan nilai ekspor nonmigas mengalami kenaikan 3,17 persen. Kenaikan ekspor tersebut didorong naiknya ekspor bahan bakar mineral yang tumbuh 13,88 persen, bijih logam, terak dan abu naik 41,6 persen.

Sementara itu nilai ekspor sektor migas secara bulanan naik 2,01 persen. Kenaikan tersebut didorong kenaikan nilai ekspor minyak yang meningkat 32,64 persen.

"Secara mtm ekspor nonmigas kita naik 3,17 persen dan ekspor migasnya naik 2,01 persen," kata dia.

Margo melanjutkan kenaikan nilai ekspor Indonesia didorong adanya kenaikan harga dari komoditas migas dan nonmigas. Per April 2022 ada peningkatan harga komoditas pertambangan dan lainnya. Sektor ini mengalami pertumbuhan 18,50 persen yang didukung kenaikan harga batubara.

"Harga batu bara ini naik tapi secara volumenya turun 9,46 persen. Jadi kenaikan ekspor batu bara ini karena kenaikan harga," kata dia.

Sebaliknya harga komoditas bijih tembaga mengalami penurunan. Namun secara volume mengalami peningkatan hingga 45,20 persen. Sementara itu, kenaikan nilai ekspor nonmigas yang 2,01 persen terjadi karena harga komoditas minyak yang meningkat dan volume ekspornya juga meningkat.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Komoditas Lain

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Di sisi lain, ekspor dari komoditas pertanian kehutanan dan perikanan mengalami penurunan 8,42 persen. Turunnya kinerja ekspor sektor ini karena turunnya volume komoditas kopi dna buah-buahan tahunan.

Penurunan ekspor juga terjadi di sektor industri pengolahan sebesar 0,89 persen. Pemicunya dari volume ekspor pada barang perhiasan, barang berharga dan komoditas nikel.

Berdasarkan historisnya, kata Margo kenaikan nilai ekspor di bulan April cenderung lebih rendah dibandingkan bulan Maret. Pola ini pun sama dengan tahun lalu dan ini akan memengaruhi pertumbuhan ekspor pada bulan-bulan berikutnya.

Meski begitu, perkembangan ekspor secara tahunan di bulan April 2022 mengalami pertumbuhan yang impresif. Setiap bulannya sejak Januari 2022 menunjukkan tren peningkatan. Kinerja ekspor di bulan Januari tumbuh 25,37 persen, Februari naik 34,19 persen, Maret naik 44,37 persen dan April naik 47,6 persen.

"Kalau dibandingkan tahun 2021, dari Januari-April tahun ini lebih tinggi dibandingkan Januari-April 2021," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com


Kinerja Bulan Sebelumnya

FOTO: Ekspor Impor Indonesia Merosot Akibat Pandemi COVID-19
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan impor barang dan jasa kontraksi -16,96 persen merosot dari kuartal II/2019 yang terkontraksi -6,84 persen yoy. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor pada Maret 2022 sebesar USD 26,50 miliar. Jumlah itu naik 29,42 persen secara month to month (mtm). Dibanding pada bulan Februari 2022, nilai ekspor Indonesia sebanyak USD 20,47 miliar.

“Pada bulan Maret ini ekspor Indonesia tercatat USD 26,50 miliar atau meningkat 29,42 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers secara virtual, Senin (18/4/2022).

Rinciannya, untuk ekspor non migasnya diperoleh USD 25,09 miliar sedangkan ekspor migasnya mencapai USD 1,41 miliar. Jika bandingkan, ekspor non migasnya dengan bulan Februari lalu mengalami peningkatan sebesar 28,42 persen, dan ekspor migas juga meningkat 41,24 persen.

Adapun, nilai ekspor Maret 2022 sebesar USD 26,50 miliar jika dibandingkan dengan Maret 2021 secara Year on Year mengalami peningkatan sebesar 44,36 persen, dimana non migasnya meningkat 43,82 persen dan migasnya meningkat 54,75 persen year on year.

Kepala BPS, menyebut terdapat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga sehingga mampu mendorong kinerja ekspor. Di antaranya, minyak mentah, batu bara, nikel, aluminium, emas, tembaga, dan minyak kelapa sawit.

“Kalau kita lihat ekspor utama yang berpengaruh kepada peningkatan non migas ini terutama karena meningkatnya bahan bakar mineral yaitu meningkatnya 54,45 persen, diikuti besi dan baja di bulan Maret ini month to month meningkatnya 37,15 persen,” ujarnya.

 


Rincian

"Beberapa komoditas ekspor pada Maret mengalami peningkatan signifikan. Harga minyak mentah Indonesia naik dari USD 95,72/barel pada Februari 2022 menjadi USD 112,5/barel pada Maret 2022, secara mtm naik 18,58 persen dan secara yoy 78,74 persen. Demikian juga komoditas non-migas baik secara mtm maupun yoy," tambahnya.

Kemudian, jika dirinci menurut sektornya, ekspor bulan Maret ini masih didominasi oleh sektor industri pengolahan mencapai USD 19,26 miliar yang tumbuh secara month to month sebesar 23,99 persen.

Selanjutnya disusul sektor pertambangan nilai ekspornya USD 5,40 miliar, tumbuh 50,18 persen (mtm). Lalu, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan nilai ekspornya USD 0,43 miliar atau tumbuh 23,27 persen, dan sektor migas nilai ekspornya USD 1,41 miliar tumbuh 41,24 persen (mtm).

Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Alasan Larangan Ekspor CPO dan Bahan Baku Minyak Goreng. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya