Bisnis Distribusi Incar Potensi Pasar Farmasi Indonesia USD 20 Miliar di 2025

Pertumbuhan industri farmasi di Indonesia diperkirakan mencapai dua kali lipat pada 2025 dengan estimasi nilai pasar sekitar USD 20 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Okt 2022, 07:01 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2022, 20:32 WIB
Mempercepat Penyembuhan Diabetes
Ilustrasi Alat Kesehatan Credit: pexels.com/Gizz

Liputan6.com, Jakarta Anak usaha distributor produk kesehatan PT Medela Potentia atau Argon Group, Anugrah Argon Medica (AAM), tengah mengoptimalkan peran teknologi informasi (IT) untuk menjaga rantai pasokan produk obat-obatan, produk kesehatan dan alat kesehatan.

Direktur Utama AAM Juliwaty mengatakan optimalisasi bisnis proses yang ada melalui sistem IT dilakukan agar lebih produktif dengan mengelola risiko dan mengedepankan kepatuhan.

"Semua ini AAM lakukan agar dapat mencapai kesehatan untuk semua, baik secara nasional, regional dan global melalui operasi yang efektif, efisien dan berkelanjutan," katanya dikutip dari Antara, Kamis (20/10/2022).

Argon Group yang menjalankan lini bisnis distribusi produk farmasi, produk kesehatan dan alat kesehatan lewat beberapa anak usahanya, tengah membidik potensi dari pertumbuhan industri farmasi di Indonesia yang diperkirakan mencapai dua kali lipat pada 2025 dengan estimasi nilai pasar sekitar USD 20 miliar.

Selain itu, perusahaan yang bergerak di lini layanan distribusi yang mencakup transportasi, gudang dan fasilitasnya itu juga menerapkan IPOS atau Integrated Purchase Order System yakni sebuah sistem yang terintegrasi dengan berbagai fitur lain yang akan memudahkan pelanggan dalam melakukan pemesanan.

"Sebagai perusahaan distribusi produk farmasi dan produk kesehatan (consumer product), AAM berkomitmen untuk memuaskan semua pelanggan dan prinsipal. Itu kami lakukan dengan memberikan layanan yang efektif dan efisien melalui jenis produk yang semakin lengkap, jangkauan yang semakin luas dan sistem informasi yang handal dan terpercaya," katanya.

 

 

Bisnis Distribusi

Menurunkan Risiko Hipertensi
Ilustrasi Alat Kesehatan Credit: pexels.com/Cycles

Salah satu mitra AAM adalah perusahaan farmasi nasional PT Erlangga Edi Laboratories (Erela) yang mempercayakan distribusi produknya untuk channel rumah sakit dan klnik sejak 1 Juli 2022.

AAM mendistribusikan produk Erela yang mencakup multivitamin, obat tetes mata, anti nyeri lambung, antibiotik, obat vertigo, obat rematik, obat asam urat dan pencegahan anemia.

Selain Erela, PT Phapros Tbk (PEHA) pada bulan Agustus 2022 juga menggandeng AAM untuk mendistribusikan produk farmasinya ke seluruh Indonesia.

AAM mendistribusikan produk PEHA yang mencakup suplemen multivitamin, obat flu dan demam, obat alergi, antibiotik, dan banyak produk lainnya.

"AAM berharap, terjalinnya kerja sama serta adanya integrasi distribusi dan teknologi, Erela dan PEHA kedepan dapat tumbuh dan berkembang bersama, serta masyarakat dapat semakin mudah mendapatkan produk-produk berkualitas dari Erela dan PEHA," kata Juliwaty.

Tekan Impor, Industri Lokal Gencar Produksi Alat Kesehatan

Alat kesehatan (iStockphoto)
Ilustrasi alat kesehatan (iStockphoto)

Kementerian Kesehatan mencatat jumlah produk alat kesehatan (alkes) dari luar negeri yang beredar di Indonesia mencapai 154.041 atau sekitar 87,3 persen, jauh lebih besar dibandingkan dengan produk lokal yang hanya 22.422 atau 12,7 persen hingga Juli 2022.

Sementara itu, Kementerian Keuangan melaporkan bahwa total impor alat kesehatan (alkes) pada 2021 mencapai Rp9,17 triliun dengan jumlah fasilitas insentif sebesar Rp1,79 triliun, hampir 20 persen atau seperlima dari nilai impor produk alkes.

Apalagi Presiden Joko Widodo, sejak akhir tahun 2021, juga telah mewanti-wanti agar Indonesia tidak terus menerus impor obat-obatan maupun alat kesehatan agar Indonesia lebih mandiri dalam bidang kesehatan.

Potensi industri alat kesehatan ini tidak main-main karena berkaitan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa, di mana proporsi rumah tangga kelas menengah diproyeksikan mencapai 30,2 persen pada 2026, dari sekitar 29,7 persen pada 2020 seiring dengan meredanya pandemi (IMF, WEO April 2022).

Sepanjang periode 1 Januari hingga 30 Juni 2022, Kemenkeu juga mencatat nilai impor alkes mencapai Rp887 miliar dengan jumlah fasilitas atau insentif senilai Rp202 miliar atau sekitar 22 persen dari total nilai impor.

Berkaca dari hal tersebut, produsen lokal harus berupaya melakukan pengembangan usaha untuk menekan angka impor tersebut. Salah satunya dilakukan PT Jayamas Medica Industri yang siap berekspansi dengan mengembangkan fasilitas di tanah milik perseroan di Mojoagung II, Wonosalam Jombang, dan Lamongan serta membangun fasilitas baru di Kawasan Industri Terpadu Batang atau KITB.

Presiden Komisaris JMI Jemmy Hartanto mengatakan, perusahaan terus agresif berekspansi menjaga pertumbuhan sepanjang 2019-2021.

Tahun 2006, perusahaan memperluas pabrik Krian menjadi fasilitas seluas 8.000 meter persegi dengan 500 karyawan dan menambahkan jarum suntik sekali pakai ke dalam portofolio perusahaan.

Selanjutnya, perseroan berhasil mengantongi sertifikasi ISO 13485 untuk Sistem Manajemen Mutu untuk alkes dan menerima sertifikasi Cara Pembuatan dan Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dari Kementerian Kesehatan RI pada 2013.

Pada 2021, Jayamas Medica Industri mengakuisisi 51 persen saham PT Inti Medicom Retailindo, lini bisnis ritel perseroan di toko ritel offline dan online serta mengakuisisi land bank di Mojoagung untuk Pabrik Mojoagung II dan Wonosalam serta menyelesaikan akumulasi lahan untuk land bank di Lamongan.

Melalui perjalanan panjang dalam mengembangkan sejumlah fasilitas tersebut, Jayamas Medica kini sudah memiliki sedikitnya 3.200 stock keeeping unit (SKU) aktif yang bertebaran di enam kategori (per 31 Maret 2022).

“Pada 2021, segmen yang berkontribusi paling besar pada pendapatan perseroan adalah kategori Medical Disposable and Consumables sebesar 64,6 persen, disusul Antiseptic and Dialysis (13,8 persen), Diagnostic and Equipment (13,6 persen), Biotechnology and Laboratory (4,2 persen), Hospital Furniture (2 persen), dan Walking Aids and Rehabilitation (1,8 persen),” kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (17/8/2022).

Pusat Distribusi

Jayamas Medica Industri
Ilustrasi industri alat kesehatan (alkes).

Hampir lebih dari dua dekade beroperasi, Jayamas kini memiliki 1 pusat distribusi di Gresik, Jawa Timur, 20 kantor cabang/gudang, dan 19 kantor penjualan yang tersebar di Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra (per 31 Maret 2022). Total land bank perseroan yang siap digunakan untuk ekspansi tercatat lebih dari 163.719 meter persegi.

Selain itu, perseroan juga memasok 1.700 rumah sakit di Indonesia, dari total sekitar 2.985 RS. Perseroan juga menggandeng 3.475 apotek dan gerai alat kesehatan.

Direktur Marketing PT Jayamas Medica Industri, Louis Hartanto menyatakan perseroan berencana menambah 1 pusat distribusi baru di Jakarta sehingga total ada 2 pusat distribusi. Selain itu, perseroan juga akan membangun 15 gudang baru di sejumlah titik lokasi penting guna mengefisienkan dan mengefektifkan proses.

"PT Jayamas Medica Industri kini juga tercatat sebagai produsen alat-alat kesehatan habis pakai buatan anak bangsa terbanyak di Tanah Air dengan 493 produk asli Indonesia atau 4,87 persen dari total 10.109 alat kesehatan yang terdaftar di Kementerian Kesehatan," tutup dia.

Infografis Meroketnya Harga Obat dan Asupan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Meroketnya Harga Obat dan Asupan Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya