Liputan6.com, Jakarta Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN aditutup menguat 1,9 persen ke level Rp1.340 pada perdagangan hari ini. Emiten spesialis pembiayaan perumahan itu mencetak kenaikan harga saham selama enam hari beruntun sejak 16 Januari silam.
Pada periode perdagangan pekan lalu, saham BBTN menguat 6,05 persen. Pergerakan harga saham BBTN sejalan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat signifikan 3,51 persen, serta indeks sektor keuangan (IDX Finance) yang menguat 2,77 persen dalam periode yang sama.
Baca Juga
Harga saham BBTN bergerak dalam tren positif setelah sukses merampungkan penerbitan saham baru melalui skema rights issue. Dari aksi korporasi ini, perseroan mengantongi dana Rp 4,13 triliun yang akan digunakan untuk menopang ekspansi pembiayaan baru.
Advertisement
Berkat suntikan dana segar itu, menurut sejumlah analis, BBTN memiliki fundamental yang lebih kuat dan lebih tahan banting di saat Bank Indonesia baru saja menaikkan suku bunga acuannya (BI7DDR) 25 basis poin menjadi 5,75 persen.
“Setelah bunga acuan naik, bank menghadapi tantangan cost of fund. Deposan cenderung mencari bank yang berani menawarkan bunga simpanan lebih tinggi. Bank yang memiliki likuiditas mencukupi dan porsi CASA yang melimpah akan terhindar dari situasi ini,” kata Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah, dikutip Rabu (25/1/2023).
Pada paparan sebelumnya manajemen BBTN menjelaskan dana hasil rights issue akan meningkatkan kapasitas pembiayaan BBTN, terutama untuk segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Menteri Negara BUMN Erick Thohir bahkan menyebut BBTN bakal mampu melipatgandakan pembiayaan paska mendapatkan suntikan modal baru,
“Jadi, ketika bank lain dihadapkan pada pilihan menaikkan bunga simpanan untuk memupuk likuiditas, BBTN justru sibuk memikirkan ekspansi. Dengan kecukupan likuiditas dan biaya dana yang semakin membaik, BBTN bakal lebih kompetitif. Termasuk bersaing di segmen rumah kelas menengah atas,” kata Tirta CItradi, Analis MNC Sekuritas.
Penjualan Aset
Apalagi jika BBTN berhasil menuntaskan rencana penjualan aset berupa high rise building (apartemen) dan mall dengan total outstanding kurang lebih Rp 1 triliun. Rencana ini akan menurunkan non-performing loan (NPL) dan loan at risk (LAR) secara bersamaan, tetapi masih menunggu persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Tirta menjelaskan, selain NPL yang membaik, struktur biaya dana juga menjadi salah satu daya tarik BBTN di mata investor. Cost of fund yang terus turun mampu meningkatkan profitabilitas perseroan.
BBTN meraih laba bersih Rp2,28 triliun pada periode Januari-September 2022, meningkat 50,11% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Peningkatan laba disumbang pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang menembus Rp11,54 triliun, melesat 31,84 persen secara year on year (YOY). Faktor utama dari peningkatan NII adalah penurunan beban bunga sebesar 24,29 persen dari Rp9,81 triliun pada akhir September 2021 menjadi Rp7,43 triliun pada akhir September 2022.
Artinya, cost of fund hanya sebesar 2,36 persen per akhir September 2022, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,28 persen. Menariknya, penurunan biaya dana justru terjadi ketika penghimpunan DPK terus meningkat dan suku bunga acuan sudah terkerek naik.
Advertisement
Likuiditas
Hal ini menunjukkan BBTN memiliki likuiditas yang sangat kuat sehingga tidak terjebak praktik bunga deposito tinggi untuk meraup dana dari masyarakat. Likuiditas BBTN tercermin pada loan to deposits ratio (LDR) sebesar 92,6 persen pada akhir kuartal III-2022.
DPK naik 7,41 persen menjadi Rp312,85 triliun. Bila dibedah lagi, peningkatan DPK banyak terjadi pada produk giro yang melesat 33,57 persen menjadi Rp97,88 triliun. sementara itu tabungan turun tipis 4,14 persen menjadi Rp45,71 triliun dan deposito turun 0,61% menjadi Rp169,26 triliun.
Hal ini otomatis memperbaiki struktur dana karena porsi current account saving account (CASA) terhadap DPK naik menjadi 45,9%, atau posisi tertinggi sejak 2018. Bermodalkan CASA yang meningkat, BTN percaya diri untuk mengurangi wholesale funading, atau pendanaan di luar DPK. Tercatat wholesale funding turun dari Rp41,59 triliun menjadi Rp40,11 triliun.
Sebagai catatan, sebanyak 26 analis memberikan rating pada saham BBTN, dengan 17 diantaranya memberikan rekomendasi buy dan 8 memberikan rekomendasi hold, dan 1 memberikan rekomendasi sell. Rata-rata analis memasang target harga BBTN pada level 2.091 dengan estimasi tertinggi di level 2.700 dan estimasi terendah di 1.310.