Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina Patra Niaga akan tengah melakukan uji coba untuk menghadirkan bahan bakar minyak (BBM) yang dicampurkan dengan bioetanol. Rencananya, BBM campur bioetanol ini akan hadir dalam waktu dekat.
Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengungkap kalau peluncuran BBM dengan kadar RON tinggi itu akan dilakukan pada Juni 2023 ini. Kendati begitu, belum ada waktu pasti kapan BBM Pertamax campur bioetanol itu bisa dibeli masyarakat.
Baca Juga
Terbaru, Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo Putra mengungkap sudah ada 15 SPBU Pertamina yang siap menyediakan BBM campur bioetanol di wilayah Surabaya. Namun, saat ini masih dalam proses administrasi.
Advertisement
"Etanol saat ini kita menyiapkan ada 15 SPBU di Surabaya. Karena sumber bioetanolnya dari Mojokerto. Sekarang ada 15 SPBU yang siap dan sekarang tinggal tunggu administrasi niaga," kata dia saat ditemui di SPBU COCO Pertamina, di Utan Kayu, Matraman, Jakarta, Sabtu (24/6/2023).
"Kita siapkan kualitasnya di atas Pertamax. Karena (menggunakan campuran) bioetanol memberi kontribusi kenaikan octan number," sambung Ega.
Target Bulan Depan
Meski sudah masuk dalam proses administrasi yang menjelang final, Ega belum bisa memastikan kapan BBM campur bioetanol itu akan meluncur. Namun, dia memasang target kalau bahan bakar ramah lingkungan itu akan tersedia pada Juli 2023, bulan depan.
"Kita tunggu kesiapan proses niaga produk. Targetnya Juli, 15 SPBU di Surabaya selanjutnya kita siapkan di Jakarta," jelasnya.
Untuk pengadaan di wilayah Jakarta, Ega menyebut akan menyiapkan di 5 wilayah. Penambahan ini juga ditarget akan terealisasi pada Juli 2023.
Walau ada BBM jenis baru, dia mengatakan tidak ada penambahan teknologi khusus yang diterapkan di dispenser SPBU. Pasalnya, proses pencampuran BBM dan bioetanol dilakukan di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina.
Â
Tak Disubsidi
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) dalam waktu dekat bakal menjual produk BBM baru, yakni campuran Pertamax dan nabati bioetanol (Bioetanol) dengan nilai oktan atau RON 95.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif memperkirakan, produk BBM baru RON 95 tersebut tidak akan mendapatkan subsidi dari pemerintah selayaknya Pertalite (RON 90).
"Harganya seharusnya tidak mempengaruhi yang ada sekarang. Kalau bisa jangan sampai lah. Masa subsidi lagi Pertamax," ujar Arifin Tasrif di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/6/2023).
Secara target, Pertamina rencananya akan meluncurkan produk BBM campuran RON 95 Pertamax 95 persen dan etanol 5 persen ini pada Juni 2023.
Namun, Arifin belum bisa memastikan kapan produk baru tersebut bakal diberikan izin komersialisasi. "Kan baru uji coba, karena kuantumnya sudah memadai belum," imbuh dia.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati sempat memberikan bocoran soal peluncuran BBM baru Bioetanol.
Ia juga membeberkan kisaran harga dari produk baru ini, yakni akan sama dengan BBM dengan angka oktan 95. Tapi, ia enggan memberitahukan berapa besaran pastinya.
"Nanti kisaran harganya sama dengan RON 95 ya," kata Nicke pendek.
Â
Advertisement
Bocoran Dirut Pertamina
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkap rencana perusahaan dalam waktu dekat. Salah satunya soal peluncuran satu produk baru hasil pengolahan BBM Pertamina.
Produk itu adalah bioetanol yang disebut akan diluncurkan pada Juni 2023, bulan ini. Menurut Nicke, ini jadi salah satu bagian dalam upaya membuka peluang atau unlock value dari bisnis-bisnis yanh dijalankan Pertamina.
"Jadi nanti kita di bulan ini, gak apa-apa ya Pak Alfian kita bocorin dulu, kita mau launching produk baru. Yaitu bioetanol, jadi Pertamax kita campur dengan etanol," ujar dia dalam Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina, di Grha Pertamina, Jakarta, ditulis Rabu (7/6/2023).
Â
Tak Ganggu Industri Lain
Potensi ini bahkan diakui tidak akan mengganggu industri lain, seperti industri gula. Mengingat, ada bahan lain yang dibutuhkan adalah moleses tebu. Nicke menyebut, tebu pun bukan satu-satunya bahan yang digunakan. Substitusinya bisa kepada singkong ataupun jagung.
"Etanolnya itu dari moleses tebu, ini nanti rebutan ga dengan pabrik gula? engga. Ini cuma tetes tebu aja, jadi pabrik gula jalan, ada tetes tebunya dan potensi kita besar. Selain itu juga bisa dibuat dari cassava, dari singkong. Dari jagung juga," paparnya.
"Jadi kita akan terus lakukan riset-riset untuk menghasilkan bioenergi dari bahan baku nabati," sambung Nicke.
Advertisement