Harga Minyak Dunia Menggila Imbas Perang Israel-Hamas Palestina, Cetak Kenaikan Terbesar

Harga minyak naik lebih dari 5% pada hari Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Harga minyak dunia meroket lantaran investor masih khawatir dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yaitu perang Israel-Hamas Palestina.

oleh Septian Deny diperbarui 14 Okt 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2023, 08:00 WIB
Ini Setiap Kali Perusahaan Hulu Migas Investasi US$1
Harga minyak naik lebih dari 5% pada hari Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Harga minyak dunia meroket lantaran investor masih khawatir dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yaitu perang Israel-Hamas Palestina.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik lebih dari 5% pada hari Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Harga minyak dunia meroket lantaran investor masih khawatir dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yaitu perang Israel-Hamas Palestina.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (14/10/2023), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS melonjak 5,8% menjadi USD 87,7 per barel untuk hari terbaik sejak 3 April.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka Brent dengan kadaluarsa Desember naik USD 4,89 atau 5,7%, menjadi USD 90,89 per barel. Harga minyak mentah WTI naik lebih dari 4% minggu ini, membukukan kenaikan mingguan terbesar sejak 1 September.

Perang Israel-Hamas telah meningkatkan kekhawatiran bahwa pertempuran tersebut dapat mempengaruhi produksi energi regional. Timur Tengah menyumbang lebih dari sepertiga perdagangan global melalui laut.

Badan Energi Internasional pada hari Kamis menggambarkan kondisi pasar yang penuh ketidakpastian namun mengatakan perang Israel-Hamas belum berdampak langsung pada pasokan fisik.

IEA berusaha meredakan kekhawatiran pasar dengan mengatakan pihaknya siap bertindak untuk memastikan pasar tetap pasokan cukup jika terjadi kekurangan pasokan secara tiba-tiba.

Darurat Stok Minyak

Tanggapan badan energi ini mencakup negara-negara anggota mengeluarkan stok darurat dan/atau menerapkan langkah-langkah pengendalian permintaan. Israel bukanlah produsen minyak utama dan tidak ada infrastruktur minyak besar yang beroperasi di dekat Jalur Gaza.

Sanksi ASAS pada hari Kamis memperketat sanksi terhadap ekspor minyak mentah Rusia, membatasi dua perusahaan pengapalan yang dikatakan melanggar batasan harga minyak G7, sebuah mekanisme yang dirancang untuk mempertahankan pasokan aliran Rusia yang dapat diandalkan di pasar sambil membatasi dana perang Kremlin.

“Menegakkan sanksi merupakan inti dari upaya kami membatasi keuntungan Rusia dari perdagangan minyaknya. Batasan harga dirancang untuk menjaga pasokan minyak Rusia sambil mengenakan biaya baru pada Rusia, bukan untuk mengurangi pasokan minyak,” kata juru bicara Departemen Keuangan kepada CNBC melalui email.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Harga Minyak Sensitif Terhadap Konflik

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

“Memang benar, harga minyak turun beberapa jam setelah pengumuman tersebut. Tentu saja, harga minyak sensitif terhadap banyak faktor, termasuk konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah,” tambah mereka.

G7, Australia dan UE menerapkan batasan harga minyak Rusia sebesar USD 60 per barel pada 5 Desember tahun lalu. Hal ini terjadi bersamaan dengan langkah UE dan Inggris yang memberlakukan larangan impor minyak mentah Rusia melalui laut.

Secara keseluruhan, langkah-langkah tersebut dianggap mencerminkan langkah paling signifikan dalam membatasi pendapatan ekspor bahan bakar fosil yang mendanai perang Rusia di Ukraina. 


Harga Minyak Dunia Naik Lagi, Saham Ini Bakal Cuan?

Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Harga minyak di pasar global membalikkan kenaikan dari posisi di tengah sesi yang bergejolak. Harga minyak dunia terdampak peningkatan besar stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) melebihi ekspektasi suku bunga AS telah mencapai puncaknya. 

Lantas, saham apa saja yang bisa dicermati di tengah kenaikan harga minyak?

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian menuturkan, dengan adanya tren kenaikan harga minyak dan energi lainnya, emiten berbasis energi berpotensi mencatatkan kenaikan laba pada kuartal IV tahun ini. 

"Katalis positifnya adalah kenaikan harga minyak dan energi lainnya akibat dari aksi pemangkasan produksi minyak mentah oleh produsen utama dunia, selain juga karena perang," kata Fajar kepada Liputan6.com, ditulis Jumat (13/10/2023). 

Dia bilang, investor dapat mencermati emiten dengan fundamental baik dan valuasi yang masih menarik. Dengan demikian, ia merekomendasikan saham ADRO untuk dapat dipertimbangkan di tengah kenaikan harga minyak ini. 

Sementara itu,  Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mencermati jika terjadi kenaikan minyak dunia tentunya harga komoditas lainnya yang menjadi subsitusi ikut terkerek dengan meningkatnya permintaan global  disertai gangguan rantai pasok. 

"Perang yang terjadi di Timur Tengah membuat apresiasi harga minyak dunia. Jika terjadi perang ada kemungkinan terjadi blokade distribusi, tingkat produksinya terganggu karena blokade minyak di kawasan Timur Tengah tersebut," kata Nafan. 

Bagi para investor, ia merekomendasikan saham PGAS, ADRO, AKRA, ESSA,ELSA, INCO, PTBA untuk dapat dipertimbangkan di tengah kenaikan harga minyak dunia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Harga Minyak Menguat

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Sebelumnya, harga minyak di pasar global membalikkan kenaikan dari posisi di tengah sesi yang bergejolak.  Harga minyak dunia terdampak peningkatan besar stok minyak mentah AS melebihi ekspektasi bahwa suku bunga AS telah mencapai puncaknya.

Harga minyak berjangka Brent naik 18 sen menjadi USD 86 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 5 sen menjadi USD 83,44 per barel. Harga telah naik lebih dari USD 1 per barel di awal sesi.

Kenaikan harga minyak terpangka setelah data pemerintah AS menunjukkan persediaan minyak mentah AS (USOILC=ECI) naik 10,2 juta barel pada minggu lalu menjadi 424,2 juta barel, jauh lebih tinggi dari ekspektasi analis yang memperkirakan kenaikan 500.000 barel.

"Tingkat pemanfaatan penyulingan yang lebih rendah dan impor bersih yang lebih tinggi menambah peningkatan minyak mentah," kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho melansir CNBC, Jumat (13/10/2023).

“Laporan EIA pada akhirnya sangat bearish,” kata Yawger. “Asumsinya adalah Anda akan membangun fasilitas penyimpanan di sini karena kilang telah ditutup (selama musim pemeliharaan).”

Data menunjukkan, produksi minyak mentah AS juga mencapai rekor 13,2 juta barel per hari dalam sepekan.

Infografis SKK MIgas
Di tengah kebutuhan energi nasional yang terus meningkat, menemukan minyak dan gas bumi (migas) menjadi semakin sulit
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya