Pertama di Dunia, Garuda Indonesia dan Pertamina Berhasil Terbang Komersial dengan Energi Terbarukan

Maskapai penerbangan nasional Garuda Indonesia pada Jumat (27/10/2023) bertepatan dengan Hari Penerbangan Nasional meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) Bioavtur J2.4.

oleh Arthur Gideon diperbarui 28 Okt 2023, 08:54 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2023, 08:45 WIB
Garuda Indonesia meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) Bioavtur J2.4 melalui penerbangan khusus bertajuk #FromNatureToFuture dengan rute penerbangan Jakarta – Solo pp pada pada Jumat (27/10/2023).
Garuda Indonesia meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) Bioavtur J2.4 melalui penerbangan khusus bertajuk #FromNatureToFuture dengan rute penerbangan Jakarta – Solo pp pada pada Jumat (27/10/2023). (Dok Garuda Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Garuda Indonesia mengoperasikan penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) Bioavtur J2.4 pada Jumat 27 Oktober 2023. Penerbangan ini menjadi penerbangan komersial berbahan bakar bioavtur pertama di Indonesia dan sekaligus menjadi penerbangan komersial pertama di dunia yang menggunakan bahan bakar energi terbarukan berbasis palm kernel oil (minyak inti sawit).

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan, menjadi kebanggaan bagi Garuda Indonesia berkesempatan untuk terus menghadirkan kontribusi terbaik bagi Bangsa melalui berbagai inisiatif berkelanjutan, dan menjadi garda terdepan dalam mendukung upaya pengurangan emisi karbon.

"Salah satunya dengan mengoperasikan penerbangan komersial berbahan bakar bioavtur J2.4 ini.” jelas Irfan dikutip, Sabtu (28/10/2023).

Ia melanjutkan, penerbangan ini turut menandai keberhasilan Garuda Indonesia bersama para stakeholders lainnya, yakni Pertamina Group, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM RI, Direktorat Kelaiakudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan RI, Tim Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB), BPDPKS dan APROBI.

"Semua pihak secara solid berhasil menciptakan tonggak sejarah baru di industri penerbangan komersial Indonesia, setelah sebelumnya bioavtur ini berhasil melewati serangkaian tahap uji Engine Test dengan hasil respons yang baik dan terkendali pada mesin pesawat komersial,” jelas Irfan.

Untuk diketahui, Penerbangan yang dioperasikan dengan armada Boeing 737-800NG (PK-GFX) tersebut diberangkatkan dari Jakarta dengan nomor penerbangan GA-1547 pada pukul 15.00 LT dan tiba di Bandara Internasional Adi Soemarmo, Solo pada pukul 16.20 LT.

Adapun untuk rute sebaliknya, pesawat berangkat dari Solo dengan nomor penerbangan GA-2547 pada pukul 17.50 LT dan tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta pada pukul 19.05 LT.

 

 

Usaha Transisi di Bidang Aviation

Garuda Indonesia meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) Bioavtur J2.4 melalui penerbangan khusus bertajuk #FromNatureToFuture dengan rute penerbangan Jakarta – Solo pp pada pada Jumat (27/10/2023).
Garuda Indonesia meresmikan pengoperasian penerbangan komersial dengan Sustainable Aviation Fuel (SAF) Bioavtur J2.4 melalui penerbangan khusus bertajuk #FromNatureToFuture dengan rute penerbangan Jakarta – Solo pp pada pada Jumat (27/10/2023). (Dok Garuda Indonesia)

SVP Research & Technology Innovation Pertamina Oki Muraza menambahkan, Pertamina terus mewujudkan Sustainability di berbagai sektor yang sulit untuk melakukan transisi energi salah satunya penerbangan (aviation).

Usaha transisi di bidang Aviation ini utamanya adalah dengan memproduksi bioavtur atau Sustainable Aviation Fuel (SAF). SAF adalah dengan diproduksi sesuai dengan potensi sumber daya alam setempat (Resource-based Energy Transition).

"Alhamdulillah satu lagi milestone dalam perjalanan Indonesia terwujud. 27 Oktober 2023 akan tercatat dalam sejarah Republik ini, sebagai penerbangan komersil pertama di Indonesia yang menggunakan SAF," jelas dia.  

Ia melanjutkan, untuk negara-negara yang memiliki minyak nabati yang melimpah, rute yang dipilih adalah hydrogenation dan Isomerization, populer dengan nama HEFA, Hydrotreated Esters and Fatty Acids (HEFA).

Jika minyak nabati tidak tersedia, SAF dapat diproduksi dari alcohol, nama prosesnya alcohol-to-jet (ATJ).Alcohol menjadi olefin, kemudian di polimerisasi dan masih harus di hidrogenasi.

3. Bagaimana dengan negara yang hanya memiliki kayu? Ada dua pilihan yaitu kayu bisa diolah menjadi alcohol kemudian mengikuti rute ATJ atau kayunya diolah menjadi fase gas dengan gasifikasi, kemudian syngasnya diolah menjadi hidrokarbon rantai panjang dengan Fischer Tropsch.

"Alhamdulillah, dengan potensi minyak nabati terbesar di Planet Bumi, Indonesia kini sudah mampu menghasilkan SAF dengan rute hidrogenasi. Next, kita terus kembangkan Isomerization agar kualitas SAF makin prima," kata dia.

 

Produk Ramah Lingkungan

Irfan melanjutkan, Garuda Indonesia selanjutnya akan terus mendukung penuh proses pengembangan dan produksi Sustainable Aviation Fuel yang tentunya sesuai dengan standar kriteria Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dari International Civil Aviation Organization (ICAO), sehingga ke depannya penggunaan bahan bakar terbarukan ini dapat terus kami jajaki secara bertahap selaras dengan kesiapan sektor industri aviasi bersama berbagai sektor energi terbarukan lainnya," jelas Irfan.

"engan sinergi strategis yang terjalin dalam upaya merintis penggunaan energi terbarukan melalui penggunaan bioavtur ini, kami optimistis visi mewujudkan ekosistem aviasi Indonesia yang berbasis green sustainability dapat terealisasi secara berkesinambungan, selaras dengan berbagai langkah lain yang dilaksanakan Pemerintah.” kata dia.

Lebih lanjut, dalam penerbangan bertajuk #FromNatureToFuture ini, Garuda Indonesia juga menghadirkan inisiatif penggunaan sejumlah produk ramah lingkungan, seperti blanket belt, snack paper wrap, dan wooden cutleries, serta pengoperasian baggage towing truck yang merupakan layanan electrical vehicle dari Gapura Angkasa.

“Dalam rangka mendukung capaian target Indonesia menuju Net Zero Emission di tahun 2060 nanti, Garuda Indonesia secara berkesinambungan akan terus menghadirkan rangkaian inisiatif yang tidak hanya berfokus pada penggunaan energi baru terbarukan namun juga pada upaya-upaya efisiensi energi, di antaranya melalui pemanfaatan teknologi digital dan pemutakhiran proses perawatan pesawat yang tentunya tetap memastikan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan seluruh pengguna jasa Garuda Indonesia,” tutup Irfan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya