Liputan6.com, Jakarta Ringgit Malaysia kini menjadi salah satu mata uang di Asia Tenggara yang mengalami pelemahan. Pada awak pekan ini, Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini.
Sementara itu, pekan lalu, Ringgit Malaysia turun menjadi 4,7958 per dolar AS, menandai nilai terlemah dalam lebih dari 25 tahun.
Advertisement
Baca Juga
Lantas bagaimana dengan rupiah? Nilai tukar (kurs) rupiah menguat pada Kamis pagi menguat sebesar 0,39 persen atau 62 poin menjadi 15.874 per dolar AS dari sebelumnya 15.936 per dolar AS.
Advertisement
Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova menyatakan penguatan rupiah dipengaruhi ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat, sehingga memberikan ruang bagi mata uang RI untuk menguat ke depan.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan 5,2 persen tahun 2023," ujar dia dikutip dari Antara, Kamis (2/11/2023).
Pada kuartal II 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Besaran produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp5.226,7 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan mencapai Rp3.075,7 triliun.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan ekonomi Indonesia bertumbuh mencapai kisaran 4,7-5,5 persen yoy pada akhir tahun 2023, yang utamanya bersumber dari konsumsi domestik.
Sentimen Eksternal Rupiah
Â
Adapun sentimen eksternal yang mempengaruhi penguatan rupiah adalah keputusan Federal Reserve (The Fed) menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50 persen.
"Nilai tukar rupiah hari ini diprediksi menguat terhadap dolar AS di kisaran sempit yakni Rp15.880-Rp15.930, dipengaruhi oleh faktor eksternal keputusan The Fed menahan suku bunga, namun indeks dolar AS masih terus meningkat. Indeks dolar AS masih pada tren meningkat karena masih dianggap sebagai safe haven," ungkap Rully.
Keputusan The Fed menahan suku bunga diharapkan dapat menurunkan yield obligasi pemerintah AS dan index dolar AS, sehingga dana-dana yang sempat keluar negeri bisa masuk ke pasar keuangan Indonesia. Karena itu, kurs rupiah tetap kuat kendati ada peningkatan index dolar AS.
Â
Ringgit Malaysia Ambrol, Nyaris Sentuh Level Terendah Sejak 1998
Sebelumnya, selain Rupiah, Ringgit Malaysia kini menjadi salah satu mata uang di Asia Tenggara yang mengalami pelemahan.
Mengutip Bloomberg, Selasa (31/10/2023) Ringgit Malaysia telah berada di dekat level terlemahnya sejak tahun 1998, jatuh hampir 8 persen terhadap dolar Amerika Serikat (USD) tahun ini.
Pekan lalu, Ringgit Malaysia turun menjadi 4,7958 per dolar AS, menandai nilai terlemah dalam lebih dari 25 tahun.
Penembusan titik terendah tahun 1998 di 4,8850 per dolar akan membawanya ke rekor terendah.
Investor Ringgit Malaysia kini berharap bank sentral negara tersebut akan mengambil tindakan untuk mendukung Ringgit.
Hal ini membuat keputusan kebijakan Bank Negara Malaysia (BNM) pada hari Kamis menjadi fokus, terutama setelah bank sentral Indonesia (BI) dan Filipina baru-baru ini menaikkan suku bunga untuk mendukung mata uang mereka.
Meskipun Bloomberg Economics memperkirakan tidak ada perubahan dalam suku bunga kebijakan BNM, beberapa analis memperkirakan bank sentral akan mengumumkan langkah-langkah lain untuk menyelematkan Ringgit.
“Mungkin ada beberapa kebingungan yang menunjukkan bahwa BNM mewaspadai pergerakan Ringgit yang menyimpang terlalu jauh dari fundamental dan bersifat spekulatif," kata Vishnu Varathan, kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd di Singapura.
BNM juga diprediksi dapat memberlakukan beberapa batasan sementara pada posisi valas, dan insentif untuk memarkir deposit valas dan investasi masuk, katanya.
Â
Advertisement
Suku BungaÂ
Sejak bulan Juli 2023, BNM telah mempertahankan suku bunga utama sebesar 3 persen. Langkah ini menempatkannya pada rekor diskon relatif terhadap batas atas suku bunga Fed Funds, yang membuatnya kurang menarik bagi investor berbasis dolar untuk membeli aset-aset dalam mata Ringgit.
"(Bagi Malaysia) sejumlah faktor mendukung penahanan tersebut, termasuk inflasi yang kembali mendekati rata-rata jangka panjang," menurut Tamara Henderson, ekonom Asia Tenggara di Bloomberg Economics.
"Kenaikan suku bunga tidak akan mengubah sentimen Ringgit. Namun, hal ini akan menambah hambatan pertumbuhan akibat kebijakan fiskal (Malaysia) yang lebih ketat dan melemahnya permintaan global," tambah dia.
Â
Suku Bunga BNM
Namun, dengan nilai Ringgit yang mendekati titik terendah sepanjang masa, kenaikan suku bunga tidak dapat dikesampingkan, kata Henderson.
United Overseas Bank mengatakan dalam sebuah catatan bahwa kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin tidak akan cukup untuk menutup kesenjangan suku bunga dengan AS dan meningkatkan kepercayaan terhadap Ringgit, dengan perbedaan kebijakan saat ini sebesar 250 basis poin.
BNM sendiri sementara itu telah menjaga ketat likuiditas dengan menjual surat utang untuk mendukung mata uang dan suku bunga antar bank negara tersebut telah meningkat ke level tertinggi sejak Februari.
Gubernur BNM Abdul Rasheed Ghaffour, pekan lalu mengatakan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk memastikan penyesuaian ringgit secara tertib dan bisnis terus difasilitasi.
Advertisement