BI Tahan Bunga Acuan 6,25% di Juni 2024 Meski Rupiah Terus Tertekan

Kebijakan menahan suku bunga di 6,25% didukung dengan penguatan operasi moneter untuk memperkuat efektifitas stabilisasi nilai tukar rupiah dan masuknya aliran masuk modal asing.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Jun 2024, 14:47 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2024, 14:44 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di angka 6,25 persen. Keputusan suku bunga itu diambil setelah hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Juni 2024.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19 dan 20 Juni 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25 persen, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,50 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 7 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers, disiarkan pada Kamis (20/6/2024).

Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter yang pro-stability sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus 1% pada 2024 dan 2025.

Kebijakan ini didukung dengan penguatan operasi moneter untuk memperkuat efektifitas stabilisasi nilai tukar Rupiah dan masuknya aliran masuk modal asing, jelas Perry.

Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga. Kebijakan sistem pembayaran diarahkan untuk memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran," lanjutnya.

Perry juga memastikan, Bank Indonesia juga terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial dan sistem pembayaranuntuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah masih tingginta ketidakpastian pasar keuangan global.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Rupiah Masih Tertekan, Ekonom Prediksi BI Bakal Naikkan Suku Bunga

20150812-Rupiah-Anjlok
Petugas menghitung uang pecahan US$100 di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berhasil menguat tipis pada pembukaan Rabu, 19 Juni 2024. Berdasarkan data Google Finance, rupiah berada di level 16.406 per dolar AS. Nilai tukar rupiah sempat mencapai 16.486 per dolar AS pada Jumat lalu. 

Ekonom sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah disebabkan adanya perang dagang antara Uni Eropa, AS dengan China yang semakin panas. Uni Eropa menerapkan tarif tinggi untuk komponen mobil listrik.

Ibrahim menuturkan hal ini membuat China sedikit kewalahan karena saat ini China adalah salah satu negara yang gencar melakukan produksi mobil listrik. Sehingga ada kemungkinan besar akan melakukan perlawan dengan memberikan pajak bea impor besar untuk barang dari Eropa. 

“Ini yg membuat ketegangan sehingga Dolar AS menguat dan berdampak pada melemahnya Rupiah,” kata Ibrahim kepada Liputan6.com, Rabu (19/6/2024). 

Meskipun begitu, Ibrahim mengungkapkan adanya jeda hari libur perayaan Idul Adha di Indonesia membuat Rupiah kembali menguat walaupun hanya sebesar 36 poin. Namun, tidak menutup kemungkinan pekan ini Rupiah akan kembali melemah disebabkan oleh berbagai sentimen. 

“Bisa saja ini kembali lagi mengalami pelemahan di minggu ini ada neraca perdagangan yang akan dirilis minggu ini. Ada yang bilang terjadi surplus ada yang bilang defisit tetapi informasi perang dagang ini sudah tidak terdengar lagi. Sehingga membuat pasar sedikit lebih tenang pada perdagangan hari ini,” jelas Ibrahim. 


BI Diprediksi Menaikan Suku Bunga

dolar ke rupiah
Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar, selalu mengalami perubahan setiap saat terkadang melemah terkadang juga dapat menguat.

Selain itu, Ibrahim menjelaskan nilai Rupiah terhadap Dolar AS skenario terburuknya bisa mencapai level !p 16.500, tetapi menurutnya Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bulan ini. Kenaikan suku bunga ini dilakukan BI untuk kembali menstabilkan nilai tukar Rupiah. 

“Kenaikan suku bunga ini dipandang tidak memungkikan bagi para ekonom tetapi dalam kondisi saat ini di mana Rupiah sudah tembus 16.300 sebaiknya BI menaikkan suku bunga untuk menjaga nilai Rupiah,” tutur Ibrahim. 

Ibrahim mengungkapkan BI pada awal 2024 mengatakan ada kemungkinan untuk menaikan suku bunga hingga 6,75 persen dengan kondisi ekonomi global yang tidak menentu. Jika BI menaikan suku bunga 25 poin bulan ini, maka suku bunga BI berada di level 6,50 persen.

“Masih ada sis 25 poin untuk BI menaikan suku bunga hingga mencapai 6,75 persen. 25 poin ini menjadi senjata BI jika Rupiah menembus level Rp 16.500,” pungkas Ibrahim. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya