Rupiah Ditutup Perkasa dari Dolar AS 26 Agustus 2024, Apa Sentimennya?

Rupiah ditutup menguat 53,5 point terhadap USD pada perdagangan Senin sore, 26 Agustus 2024.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 26 Agu 2024, 18:45 WIB
Diterbitkan 26 Agu 2024, 18:45 WIB
20150812-Rupiah-Anjlok
Petugas menghitung uang pecahan US$100 di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Rupiah kembali mengalami penguatan memasuki awal pekan pada Senin, 26 Agustus 2024.

Rupiah ditutup menguat 53,5 point terhadap USD pada perdagangan Senin sore (26/8), walaupun sebelumnya sempat menguat 185 point dilevel Rp.15.438,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.492. 

"Sedangkan untuk perdagangan besok depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp.15.370 - Rp.15.460," ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, dikutip Senin (26/8/2024).

Penguatan Rupiah terjadi setelah gelombang demonstrasi besar atas rencana pengesahan revisi Undang-Undang (RUU) Pilkada mereda, saat DPR akhirnya menganulir pengesahan RUU Pilkada.

Bank Indonesia (BI) juga menyatakan bahwa faktor politik saat ini tak lagi memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian nasional.

"Itu bisa dilihat dari tidak terlalu parahnya kontraksi yang dialami nilai tukar rupiah, serta masyarakat Indonesia sekarang sudah dewasa dalam menanggapi dinamika politik nasional," kata Ibrahim.

"Di samping itu, jika fundamental ekonomi nasional saat ini sangatlah kuat, sehingga faktor politik tidak terlalu memberikan dampak signifikan bagi kinerja ekonomi nasional. Unsur-unsur fundamental itu antara lain pertumbuhan ekonomi yang sangat sehat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil dari instrumen investasi yang tinggi," lanjutnya.

Rupiah Menguat Lagi

Ibrahim lebih lanjut menjelaskan, hal ini dapat dilihat dari nilai tukar Rupiah yang tak terkontraksi terlalu dalam dan kembali menguat setelah sentimen global mulai mereda.

"Selain itu, secara domestik, pertumbuhan ekonomi hingga 5 persen dan tingkat inflasi sekitar 2 persen dalam jangka panjang menunjukkan ekonomi Indonesia sangat sustain dalam menghadapi setiap gejolak yang ada," imbuhnya.

 

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandanga pribadi seorang pengamat. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor transaksi terkait. 

Sesuai dengan UU PBK No.32 Tahun 1997 yang diperbaharui dengan UU No.10 Tahun 2011 bahwa transaksi di Valas beresiko tinggi dan keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

The Fed Mulai Buka Peluang Kerek Suku Bunga

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (AFP Photo)

Sementara itu, di Amerika Serikat, Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal jelas bahwa pemotongan suku bunga AS yang telah lama diantisipasi akan terjadi bulan depan.

Dalam pidato utamanya di konferensi ekonomi tahunan Kansas City Fed di Jackson Hole, Wyoming, Powell mengatakan, bahwa "Sudah waktunya bagi kebijakan untuk menyesuaikan diri". Hal ini mengingat risiko kenaikan inflasi telah berkurang dan risiko penurunan lapangan kerja telah meningkat.

 

Para pedagang pada hari Jumat terus bertaruh pada pemotongan suku bunga seperempat poin persentase pada pertemuan Fed tanggal 17-18 September, dengan peluang sebesar 65% setelah pernyataan Powell.

Namun, mereka memperkirakan peluang sekitar satu dari tiga untuk pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin yang lebih besar, naik dari peluang sebelumnya yang sedikit lebih dari satu dari empat. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya